Bangsa Maritim

Ratusan tahun yang lalu bangsa yang disejarahkan datang dari dataran Cina ini dipimpin oleh sebuah kerajaan yang mahsyur karena penguasaann...

Ratusan tahun yang lalu bangsa yang disejarahkan datang dari dataran Cina ini dipimpin oleh sebuah kerajaan yang mahsyur karena penguasaannya terhadap selat malaka, ialah Sriwijaya. Bertahun-tahun kemudian dengan sumpah berani dari sang mahapatih, bangkit kembali satu kerajaan yang namanya sudah terpatri dalam sejarah kerajaan-kerajaan abadi di kawasan Asia, ialah Majapahit. Wilayah kekuasaan mereka hampir sama jika ditinjau dari segi geografisnya. Tahta kerajaan yang sangat megah dan kekuasaan yang diakui oleh kerajaan lain di kawasan Asia, membuat dua kerajaan yang menempati wilayah Indonesia kini sangat kuat. Tapi ada satu aspek yang sangat menonjol dan membuat kedua kerajaan ini bisa begitu kuat dan disegani oleh kerajaan-kerajaan sekitarnya. Aspek tersebut adalah penguasaan terhadap laut yang sudah tidak diragukan lagi kekuatannya. Mulai sektor perdagangan dengan pelabuhan yang megah dilewati jalur perdagangan tersibuk di dunia, juga dengan kekuatan armada laut yang sangat disegani. Penguasaan ilmu dan teknologi kelautan dan perkapalan masing-masing kerajaan mampu memperkukuh kejayaan kerajaan-kerajaan tersebut.
Masa kerajaan yang berjaya dilaut Indonesia mulai tergeser ketika kerajaan-kerajaan tersebut terpecah dari dalam dan dengan perlahan memusatkan kekuasaannya di wilayah daratan. Ditambah lagi kedatangan penjajah yang dengan semena-mena mengatur hajat hidup rakyat yang bertinggal di zamrud khatulistiwa ini. Inggris, Prancis, Belanda, hingga Jepang berhasil memecah kekuatan kita menjadi kekuasaan-kekuasaan kerdil yang tidak memiliki kekuatan sama sekali. Para penjajah juga perlahan berhasil memenjarakan rakyat agar tidak lagi mengenal akan kata persatuan. Rakyat miskin serta buruh proletar puluhan tahun dipaksa bekerja tanpa istirahat dan upah yang layak. Para konglomerat pejabat pemerintah pada masa itu berhasil dikelabuhi oleh penjajah dengan kekuasaan dan harta yang melenakan. Raden-raden telah berhasil ditipu daya dengan tahta yang sebenarnya tak berharga sama sekali. Monopoli pasar terhadap berbagai sumber daya berhasil melumpuhkan hak kita terhadap sumber daya yang selayaknya dimiliki oleh bersama. Hak untuk pendidikan pun berhasil dibutakan oleh ketamakan para penjajah dan keserakahan para konglomerat yang telah dikenyangkan oleh keringat rakyat tani. Semua sedikit berubah ketika Politik Etis dijalankan dan mulai bermunculan bibit-bibit pribumi yang mengenyam pendidikan yang layak yang kelak menjadi benih-benih pergerakan. Ditambah pula kesadaran akan membebaskan diri dari ikatan penjajahan mulai menyadarkan segelintir orang di Indonesia.
Kemerdekaan terhadap penjajahan didapatkan berkat kerja keras para tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia. Tahun 40-an bukanlah masa yang mudah untuk kepemerintahaan bangsa yang baru lahir ini. Mulai dari masalah politik, ekonomi, sosial hinga semua aspek yang bersangkutan dengan masalah kehidupan rakyat. Berbagai ketidak sesuaiaan serta masalah saling bersahutan untuk muncul. Agresi militer yang dilancarkan oleh sekutu beberapa kali dilancarkan dan menelan korban yang cukup banyak. Pemerintah menderita kerugian yang cukup besar untuk itu. Semua dilewati dengan ketangguhan untuk memertahankan kedaulatan hingga pada akhirnya tahun 1949, kedaulatan kita diakui oleh Belanda. Sebelum itu berbagai kesepakatan melalui politik diplomasi diperjuangkan di atas meja hijau. Semua dikerahkan untuk mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya. Perubahan bentuk negara pun beberapa kali terjadi, mulai Republik Indonesia, Republik Indonesia Serikat, hingga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai gejolak politik terus bermunculan, mulai G30SPKI, NII/DII, dan sebagainya. Bentuk kepemerintahan pun terus berubah dari parlementer, presidensial, hingga demokrasi terpimpin. Semua perubahan dan pergejolakan terus terjadi demi mencari sistem politik, ekonomi, sosial dan segala aspek yang menyangkut kehidupan kemasyarakatan demi mencapai kata “ideal” yang selama ini didambakan oleh semua bangsa. Hal itu pun dengan tidak melupakan kondisi yang tengah terjadi di masanya dan memikirkan bagaimana perubahan yang akan terjadi ke depannya.
Pencarian jati diri bangsa ini terus berjalan dan berkembang sesuai keadaan yang ada serta waktu yang terus berjalan. Negara Agraris yang pernah dicetuskan pada masa orde baru nampaknya belum bisa membawa negara ini ke masa kejayaannya dulu (terlepas dari segala kekurangannya). Swasembada beras yang sempat membuat seluruh dunia kagum akan kemandirian bangsa ini tak membekas sedikit pun, malahan sebagian besar perderan beras yang berputar di Indonesia kini berasal dari Thailand dan Vietnam, hasil impor. Kemana kekuatan negara agraris yang dulu pernah dibanggakan, bisa jadi itu hanya keterlenaan sementara. Kekuatan pangan kita kini ada dalam masa krisis, bahkan negara agraris ini sekarang tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Pembangunan infrastruktur daratan telah menjadi sesuatu yang janggal dan tidak berdampak besar akan kemajuan bangsa ini. Pembangunan Jembatan Suramadu juga pencetusan  Jembatan Selat Sunda menjadi keanehan pemikiran pemilik kekuasaan negara ini. Pemusatan daratan sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai kesejahteraan bangsa ini perklu ditilik kembali. Ketimpangan yang terjadi di negara ini bisa terjadi karena pemusatan pembangunan hanya difokuskan di wilayah sekitar ibu kota saja, tanpa ada pemerataan yang berarti. Perbedaan yang mencolok sangat jelas terlihat bila kita membandingkan pembangunan di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Ketimpangan sosial pun jelas terlihat di pinggiran kota. Kejadian ini bisa jadi adalah dampak dari pemusatan daratan sebagai the only way untuk mencapai kemakmuran yang selama ini didambakan. Dari kenyataan yang terlihat nampaknya kita harus mencari jalan lain untuk mencapai tujuan yang selama ini kita cari.
Laut sebagai wilayah yang mendominasi Indonesia dari segi geografisnya (2/3 wilayah Indonesia) bisa menjadi jalan keluar untuk mencapai tujuan bersama. Tidak hanya menjadi jalan alternatif tapi justru menjadi jalan utama pengembangan Indonesia menuju kejayaan. Beberapa keunggulan kita terhadap laut, memermudah jalan kita menuju kesejahteraan. Dari segi sejarah  kita unggul melalui cerita Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dari segi geografis kita menjadi tempat strategis dengan diapit oleh dua benua serta dua samudera, menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan dunia. Sumber daya laut kita pun tak bisa dianggap remeh. Persebaran dan keragaman jenis flora dan fauna yang hidup di wilayah lautan kita menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman bawah laut yang tertinggi di dunia. Sumber energi di wilayah kelautan kita pun sudah diakui keberadaannya. Segala potensi yang ada di wilayah laut ini adalah salah satu anugerah yang dipercayakan oleh Tuhan kepada bangsa Indonesia untuk dimanfaatkan demi kemaslahatan kehidupan bersama. Yang dipertanyakan saat ini adalah bagaimana kekayaan sumber daya dan keuntungan posisi strategis Indonesia dapat dipergunakan secara tepat dan benar.
Singapura, negara yang jika dilihat dari segi luas wilayah dan jumlah penduduknya sangat jauh berbeda dibanding Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan manajemen maritim terbaik di dunia. Korea Selatan yang berada di kawasan Asia Timur menjadi negara yang kini terkenal dengan kekuatan produksi kapal yang luar biasa. Sesungguhnya luas wilayah suatu negara, kekayaan sumber daya, serta jumlah penduduk yang banyak bukanlah suatu jaminan kekuatan suatu negara tersebut terkhusus dalam bidang kemaritiman. Indonesia yang dengan jelas memenangkan segala aspek yang telah disebutkan di atas hingga kini masih tertinggal dari kedua negara tersebut. Baik dalam sisi manajemen, teknologi, hingga perencanaan kemaritiman. Tenaga ahli kita sebenarnya tidaklah sedikit. Banyak produk asli bumi pertiwi yang telah mengenyam pendidikan di universitas-universitas terkemuka di dunia yang kualifikasinya telah diakui oleh dunia. Namun apa yang terjadi tidak berbanding lurus dengan segala kekayaan yang sebenarnya kita miliki. Segala kekurangan yang jelas terlihat maupun yang tersamar masih banyak dan perlu diperbaiki maupun dibenahi. Bukan masalah sumber daya, tenaga intelektual atau waktu yang kita khawatirkan pada saat ini. Masalah yang lebih penting adalah tentang kepedulian. Kepedulian terhadap keadaan negara kita ini, terhadap lingkungan sekitar, dan terhadap diri sendiri. Rasa peduli kini sangat dibutuhkan agar kita semua bisa dan mau berpikir tentang keadaan negara serta bagaiman cara kita memperbaikinya.
Keinginan untuk berubah dari keterpurukan menuju masa depan yang lebih cerah menjadi pikiran seluruh bangsa di dunia. Indonesia dengan segala keuntungan yang diberikan oleh Tuhan, sebenarnya sudah sangat siap menjadi kekuatan baru percaturan kekuasaan di dunia. Dengan pemusatan konsentrasi pembangunan ke wilayah maritim bisa menjadi jalan lain untuk mencapai tujuan yang selama ini diimpikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Mari lihat lagi kejayaan kita dahulu di wilayah lautan melalui sejarah dan bangkitkan kembali macan asia yang kini sedang tertidur pulas. Dengan segala kelebihan dan persiapan, kita pasti yakin untuk bisa menjadi sebuah bangsa baru, bangsa yang besar dengan kelautannya, sebuah bangsa maritim.

You Might Also Like

0 komentar