Bangsa Maritim
20:39:00
Ratusan
tahun yang lalu bangsa yang disejarahkan datang dari dataran Cina ini dipimpin
oleh sebuah kerajaan yang mahsyur karena penguasaannya terhadap selat malaka,
ialah Sriwijaya. Bertahun-tahun kemudian dengan sumpah berani dari sang mahapatih,
bangkit kembali satu kerajaan yang namanya sudah terpatri dalam sejarah
kerajaan-kerajaan abadi di kawasan Asia, ialah Majapahit. Wilayah kekuasaan
mereka hampir sama jika ditinjau dari segi geografisnya. Tahta kerajaan yang
sangat megah dan kekuasaan yang diakui oleh kerajaan lain di kawasan Asia,
membuat dua kerajaan yang menempati wilayah Indonesia kini sangat kuat. Tapi
ada satu aspek yang sangat menonjol dan membuat kedua kerajaan ini bisa begitu
kuat dan disegani oleh kerajaan-kerajaan sekitarnya. Aspek tersebut adalah
penguasaan terhadap laut yang sudah tidak diragukan lagi kekuatannya. Mulai
sektor perdagangan dengan pelabuhan yang megah dilewati jalur perdagangan
tersibuk di dunia, juga dengan kekuatan armada laut yang sangat disegani. Penguasaan
ilmu dan teknologi kelautan dan perkapalan masing-masing kerajaan mampu
memperkukuh kejayaan kerajaan-kerajaan tersebut.
Masa
kerajaan yang berjaya dilaut Indonesia mulai tergeser ketika kerajaan-kerajaan
tersebut terpecah dari dalam dan dengan perlahan memusatkan kekuasaannya di
wilayah daratan. Ditambah lagi kedatangan penjajah yang dengan semena-mena
mengatur hajat hidup rakyat yang bertinggal di zamrud khatulistiwa ini.
Inggris, Prancis, Belanda, hingga Jepang berhasil memecah kekuatan kita menjadi
kekuasaan-kekuasaan kerdil yang tidak memiliki kekuatan sama sekali. Para
penjajah juga perlahan berhasil memenjarakan rakyat agar tidak lagi mengenal
akan kata persatuan. Rakyat miskin serta buruh proletar puluhan tahun dipaksa
bekerja tanpa istirahat dan upah yang layak. Para konglomerat pejabat
pemerintah pada masa itu berhasil dikelabuhi oleh penjajah dengan kekuasaan dan
harta yang melenakan. Raden-raden telah berhasil ditipu daya dengan tahta yang
sebenarnya tak berharga sama sekali. Monopoli pasar terhadap berbagai sumber
daya berhasil melumpuhkan hak kita terhadap sumber daya yang selayaknya
dimiliki oleh bersama. Hak untuk pendidikan pun berhasil dibutakan oleh
ketamakan para penjajah dan keserakahan para konglomerat yang telah
dikenyangkan oleh keringat rakyat tani. Semua sedikit berubah ketika Politik
Etis dijalankan dan mulai bermunculan bibit-bibit pribumi yang mengenyam
pendidikan yang layak yang kelak menjadi benih-benih pergerakan. Ditambah pula
kesadaran akan membebaskan diri dari ikatan penjajahan mulai menyadarkan
segelintir orang di Indonesia.
Kemerdekaan
terhadap penjajahan didapatkan berkat kerja keras para tokoh proklamator
kemerdekaan Indonesia. Tahun 40-an bukanlah masa yang mudah untuk
kepemerintahaan bangsa yang baru lahir ini. Mulai dari masalah politik,
ekonomi, sosial hinga semua aspek yang bersangkutan dengan masalah kehidupan
rakyat. Berbagai ketidak sesuaiaan serta masalah saling bersahutan untuk
muncul. Agresi militer yang dilancarkan oleh sekutu beberapa kali dilancarkan dan
menelan korban yang cukup banyak. Pemerintah menderita kerugian yang cukup
besar untuk itu. Semua dilewati dengan ketangguhan untuk memertahankan
kedaulatan hingga pada akhirnya tahun 1949, kedaulatan kita diakui oleh Belanda.
Sebelum itu berbagai kesepakatan melalui politik diplomasi diperjuangkan di
atas meja hijau. Semua dikerahkan untuk mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya. Perubahan
bentuk negara pun beberapa kali terjadi, mulai Republik Indonesia, Republik
Indonesia Serikat, hingga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai gejolak
politik terus bermunculan, mulai G30SPKI, NII/DII, dan sebagainya. Bentuk
kepemerintahan pun terus berubah dari parlementer, presidensial, hingga
demokrasi terpimpin. Semua perubahan dan pergejolakan terus terjadi demi mencari
sistem politik, ekonomi, sosial dan segala aspek yang menyangkut kehidupan
kemasyarakatan demi mencapai kata “ideal” yang selama ini didambakan oleh semua
bangsa. Hal itu pun dengan tidak melupakan kondisi yang tengah terjadi di
masanya dan memikirkan bagaimana perubahan yang akan terjadi ke depannya.
Pencarian
jati diri bangsa ini terus berjalan dan berkembang sesuai keadaan yang ada
serta waktu yang terus berjalan. Negara Agraris yang pernah dicetuskan pada
masa orde baru nampaknya belum bisa membawa negara ini ke masa kejayaannya dulu
(terlepas dari segala kekurangannya). Swasembada beras yang sempat membuat
seluruh dunia kagum akan kemandirian bangsa ini tak membekas sedikit pun,
malahan sebagian besar perderan beras yang berputar di Indonesia kini berasal dari
Thailand dan Vietnam, hasil impor. Kemana kekuatan negara agraris yang dulu
pernah dibanggakan, bisa jadi itu hanya keterlenaan sementara. Kekuatan pangan
kita kini ada dalam masa krisis, bahkan negara agraris ini sekarang tidak bisa
memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Pembangunan
infrastruktur daratan telah menjadi sesuatu yang janggal dan tidak berdampak
besar akan kemajuan bangsa ini. Pembangunan Jembatan Suramadu juga pencetusan Jembatan Selat Sunda menjadi keanehan
pemikiran pemilik kekuasaan negara ini. Pemusatan daratan sebagai satu-satunya
jalan untuk mencapai kesejahteraan bangsa ini perklu ditilik kembali.
Ketimpangan yang terjadi di negara ini bisa terjadi karena pemusatan
pembangunan hanya difokuskan di wilayah sekitar ibu kota saja, tanpa ada
pemerataan yang berarti. Perbedaan yang mencolok sangat jelas terlihat bila
kita membandingkan pembangunan di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Ketimpangan
sosial pun jelas terlihat di pinggiran kota. Kejadian ini bisa jadi adalah
dampak dari pemusatan daratan sebagai the
only way untuk mencapai kemakmuran yang selama ini didambakan. Dari
kenyataan yang terlihat nampaknya kita harus mencari jalan lain untuk mencapai
tujuan yang selama ini kita cari.
Laut
sebagai wilayah yang mendominasi Indonesia dari segi geografisnya (2/3 wilayah
Indonesia) bisa menjadi jalan keluar untuk mencapai tujuan bersama. Tidak hanya
menjadi jalan alternatif tapi justru menjadi jalan utama pengembangan Indonesia
menuju kejayaan. Beberapa keunggulan kita terhadap laut, memermudah jalan kita
menuju kesejahteraan. Dari segi sejarah
kita unggul melalui cerita Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dari segi
geografis kita menjadi tempat strategis dengan diapit oleh dua benua serta dua
samudera, menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan dunia. Sumber daya
laut kita pun tak bisa dianggap remeh. Persebaran dan keragaman jenis flora dan
fauna yang hidup di wilayah lautan kita menempatkan Indonesia sebagai salah
satu negara dengan keanekaragaman bawah laut yang tertinggi di dunia. Sumber energi di wilayah kelautan kita pun sudah diakui keberadaannya. Segala potensi yang
ada di wilayah laut ini adalah salah satu anugerah yang dipercayakan oleh Tuhan
kepada bangsa Indonesia untuk dimanfaatkan demi kemaslahatan kehidupan bersama.
Yang dipertanyakan saat ini adalah bagaimana kekayaan sumber daya dan
keuntungan posisi strategis Indonesia dapat dipergunakan secara tepat dan
benar.
Singapura,
negara yang jika dilihat dari segi luas wilayah dan jumlah penduduknya sangat
jauh berbeda dibanding Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan
manajemen maritim terbaik di dunia. Korea Selatan yang berada di kawasan Asia
Timur menjadi negara yang kini terkenal dengan kekuatan produksi kapal yang
luar biasa. Sesungguhnya luas wilayah suatu negara, kekayaan sumber daya, serta
jumlah penduduk yang banyak bukanlah suatu jaminan kekuatan suatu negara
tersebut terkhusus dalam bidang kemaritiman. Indonesia yang dengan jelas
memenangkan segala aspek yang telah disebutkan di atas hingga kini masih
tertinggal dari kedua negara tersebut. Baik dalam sisi manajemen, teknologi,
hingga perencanaan kemaritiman. Tenaga ahli kita sebenarnya tidaklah sedikit.
Banyak produk asli bumi pertiwi yang telah mengenyam pendidikan di
universitas-universitas terkemuka di dunia yang kualifikasinya telah diakui
oleh dunia. Namun apa yang terjadi tidak berbanding lurus dengan segala
kekayaan yang sebenarnya kita miliki. Segala kekurangan yang jelas terlihat
maupun yang tersamar masih banyak dan perlu diperbaiki maupun dibenahi. Bukan
masalah sumber daya, tenaga intelektual atau waktu yang kita khawatirkan pada
saat ini. Masalah yang lebih penting adalah tentang kepedulian. Kepedulian terhadap
keadaan negara kita ini, terhadap lingkungan sekitar, dan terhadap diri
sendiri. Rasa peduli kini sangat dibutuhkan agar kita semua bisa dan mau
berpikir tentang keadaan negara serta bagaiman cara kita memperbaikinya.
Keinginan
untuk berubah dari keterpurukan menuju masa depan yang lebih cerah menjadi
pikiran seluruh bangsa di dunia. Indonesia dengan segala keuntungan yang
diberikan oleh Tuhan, sebenarnya sudah sangat siap menjadi kekuatan baru
percaturan kekuasaan di dunia. Dengan pemusatan konsentrasi pembangunan ke
wilayah maritim bisa menjadi jalan lain untuk mencapai tujuan yang selama ini
diimpikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Mari lihat lagi kejayaan kita dahulu
di wilayah lautan melalui sejarah dan bangkitkan kembali macan asia yang kini
sedang tertidur pulas. Dengan segala kelebihan dan persiapan, kita pasti yakin
untuk bisa menjadi sebuah bangsa baru, bangsa yang besar dengan kelautannya,
sebuah bangsa maritim.
0 komentar