Mengapa Menulis?
18:14:00
Menulis
adalah kegiatan menuangkan pikiran, data, pendapat, dan perasaan dalam barisan
kata-kata yang tersusun dalam sebuah tulisan. Kegiatan menulis adalah salah
satu bentuk pengekspresian diri terhadap sesuatu yang terjadi baik pada diri
sendiri maupun segala hal yang berdampak kepada lingkungan dan keadaan. Tulisan
juga berperan sebagai sarana penyampaian informasi kepada masyarakat dari
sumber informasi, bisa dari narasumber maupun hasil survey ke tempat kejadian.
Tulisan juga berfungsi sebagai sarana penyampaian pendapat terhadap kejadian
yang telah terjadi. Dengan tulisan penyampaian pendapat akan lebih jauh tersiar
dibandingkan lewat sarana lisan. Pendapat akan suatu hal yang terjadi bisa
lebih mudah dicerna dan tidak akan mudah dilupa jika disampaikan melalui media
tulisan. Dibanding dengan media lisan yang sewaktu-waktu bisa diingkari dan
dilupakan, media tulisan menjadi media yang baik untuk menyampaikan suatu
pendapat atau tanggapan. Dengan tulisan pula seseorang akan terlihat lebih
intelektual dibandingkan dengan menyampaikan pendapat hanya secara lisan.
Tulisan juga menjadi saran penyampaian gagasan dan juga sanggahan terhadap
pendapat orang lain yang dianggap tidak sesuai dengan pemikiran si penulis. Hal
ini jauh lebih baik dan cerdas dibandingkan dengan berdebat kusir yang tak
jelas arahnya. Media tulisan bisa juga menjadi alat propaganda suatu ideologi
atau pemikiran dalam penyampaiannya kepada masyarakat. Termasuk pula sarana
edukasi kepada masyarakat. Dengan tulisan pendapat kita akan terdokumentasi
dengan baik dan sewaktu-waktu bisa dikaji ulang terhadap isi dan tujuan tulisan
tersebut. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia
akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Begitu perkataan Pramoeya
Ananta Toer. Suatu Informasi akan bisa tersampaikan lebih jauh dan luas dengan
tulisan. Sayyid Quthb, seorang penulis berkebangsaan mesir, berkata “Satu
peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu
menembus jutaan kepala.”. Kutipan tersebut dirasa masuk akal bila dilihat sifat
tulisan yang tetap dan dapat dengan mudah menyebar ke segala tempat. Ditambah lagi
dengan kemajuan media informasi pada saat ini membuat sarana penyampaian
gagasan melalui tulisan akan mudah dan cepat tersiar ke segala arah.
Kebutuhan
kita akan tulisan sesungguhnya menyentuh angka krisis. Dalam suatu survey terhadap
hasil karya tulis universitas-universitas dalam suatu negara menurut Scientific Journal Rankings, jumlah karya
tulis Indonesia masih kalah jauh dari Malaysia yang sebenarnya dulu mahasiswa-mahasiswa
dari Malaysia berguru pada orang Indonesia. Malaysiakah yang pintar memelajari
sesuatu atau justru Indonesiakah yang sejak dulu hanya berjalan ditempat
terkesima oleh kemahsyuran negara lain? Globalisasi dengan segala dampaknya
telah membuat kita terlena akan kenikmatannya. Membuat pikiran kritis yang
sebenarnya dibutuhkan oleh suatu bangsa terkikis secara perlahan oleh
pengaruhnya. Kemajuan teknologi kini seharusnya dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran
ilmu dan pengembangan cara berpikir suatu masyarakat umumnya dan mahasiswa
khususnya. Kemajuan dan perkembangan teknologi seharusnya jangan menjadi
sesuatu yang membuat kita terlena akan buaiannya. Menjadi pribadi yang malas,
terjebak selama berjam-jam di depan game yang sesungguhnya tidak menghasilkan
apa-apa. Kebutuhan tulisan dalam suatu organisasi kecil maupun besar sangatlah
penting terhadap keberlangsungannya. Pikiran kritis dan analisis keadaan dari
anggota-anggotanya akan sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan organisasi tersebut. Propaganda
serta pemahaman akan lebih mudah tersampaikan melalui tulisan. Dengan minimnya
tulisan dari suatu organisasi mencerminkan lemahnya penanaman nilai serta ideologi
yang seharusnya tersampaikan dengan jelas dan menyeluruh. Bisa jadi justru
pemahaman-pemahaman yang menyimpang namun ditulis secara baik menjadi pemahaman
tetap suatu perkumpulan. Urgensitas menulis kini sangat mendesak sekali, dalam
hal penanaman pemahaman juga sebagai perlindungan akan masuknya ideologi
luar yang sewaktu-waktu bisa saja
menggerogoti kita tanpa sadar. Kebutuhan bahkan keharusan seseorang dalam
menulis sudah menjadi suatu yang mendesak untuk menghindari pelemahan pikiran
kritis suatu perkumpulan maupun masyarakat.
Tulisan-tulisan
yang berkualitas serta bermanfaat diharapkan bermunculan dari masyarakat pada
umumnya. Terlebih lagi dari kalangan orang-orang yang berpendidikan dan
berkesempatan mendapat tempat belajar yang tinggi. Sebenarnya menulis tidaklah
dibatasi oleh usia, kelamin, maupun tingkat pendidikan. Namun jika dilihat dari
ilmu dan pengetahuannya orang-orang yang berpendidikanlah yang lebih memiliki
tanggung jawab untuk menulis sebagai sarana informasi, edukasi, bahkan propaganda
yang bertunjuan menyebarkan luaskan kebermanfaatan. Orang dengan ilmu
pengetahuan yang tinggi akan menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih berisi.
Maka dari itu menjadi tanggung jawab orang-orang yang berkesempatan mengenyam
pendidikan yang tinggi untuk menulis, baik dalam bentuk ilmiah, pendapat,
bahkan kritik yang kedepannya dapat membantu meningkatkan taraf hidup
kenegaraan. Mengingat kembali masa lalu pra-kemerdekaan ketika para pejuang
revolusi dibuang dan dipenjarakan. Komunikasi mereka terhadap Indonesia
tercurahkan lewat tulisan, bahkan menjadi acuan pokok kenegaraan. Naar De ‘Republiek Indonesia’ (Tan
Malaka), Indonesie Vrij (Hatta),
Indonesia Menggugat (Soekarno) adalah beberapa bukti kekuatan tulisan dalam
menginisiasi dan menghimpun semangat perubahan.
Menulis
merupakan kegiatan yang kini telah menjadi kebutuhan suatu bangsa untuk
kemajuannya. Tulisan-tulisan baik berupa karya ilmiah, kritik, opini, maupun
gagasan menjadi salah satu syarat keberhasilan suatu negara. Ketajaman pikiran
dan analisis dalam tulisan akan menjadi masukan yang baik dalam kehidupan
bernegara. Maka kini sadari tanggung jawabmu dan lakukanlah, karena perubahan
tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa ada kesadaran dan pergerakan yang
mengiringinya.
“When
you speak, your words echo only across the room or down the hall. But when your
write, your words echo down the ages.”
-Bud
Garner
0 komentar