Mengapa Menulis?

Menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran, data, pendapat, dan perasaan dalam barisan kata-kata yang tersusun dalam sebuah tulisan. Kegiat...

Menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran, data, pendapat, dan perasaan dalam barisan kata-kata yang tersusun dalam sebuah tulisan. Kegiatan menulis adalah salah satu bentuk pengekspresian diri terhadap sesuatu yang terjadi baik pada diri sendiri maupun segala hal yang berdampak kepada lingkungan dan keadaan. Tulisan juga berperan sebagai sarana penyampaian informasi kepada masyarakat dari sumber informasi, bisa dari narasumber maupun hasil survey ke tempat kejadian. Tulisan juga berfungsi sebagai sarana penyampaian pendapat terhadap kejadian yang telah terjadi. Dengan tulisan penyampaian pendapat akan lebih jauh tersiar dibandingkan lewat sarana lisan. Pendapat akan suatu hal yang terjadi bisa lebih mudah dicerna dan tidak akan mudah dilupa jika disampaikan melalui media tulisan. Dibanding dengan media lisan yang sewaktu-waktu bisa diingkari dan dilupakan, media tulisan menjadi media yang baik untuk menyampaikan suatu pendapat atau tanggapan. Dengan tulisan pula seseorang akan terlihat lebih intelektual dibandingkan dengan menyampaikan pendapat hanya secara lisan. Tulisan juga menjadi saran penyampaian gagasan dan juga sanggahan terhadap pendapat orang lain yang dianggap tidak sesuai dengan pemikiran si penulis. Hal ini jauh lebih baik dan cerdas dibandingkan dengan berdebat kusir yang tak jelas arahnya. Media tulisan bisa juga menjadi alat propaganda suatu ideologi atau pemikiran dalam penyampaiannya kepada masyarakat. Termasuk pula sarana edukasi kepada masyarakat. Dengan tulisan pendapat kita akan terdokumentasi dengan baik dan sewaktu-waktu bisa dikaji ulang terhadap isi dan tujuan tulisan tersebut. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Begitu perkataan Pramoeya Ananta Toer. Suatu Informasi akan bisa tersampaikan lebih jauh dan luas dengan tulisan. Sayyid Quthb, seorang penulis berkebangsaan mesir, berkata “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala.”. Kutipan tersebut dirasa masuk akal bila dilihat sifat tulisan yang tetap dan dapat dengan mudah menyebar ke segala tempat. Ditambah lagi dengan kemajuan media informasi pada saat ini membuat sarana penyampaian gagasan melalui tulisan akan mudah dan cepat tersiar ke segala arah.
Kebutuhan kita akan tulisan sesungguhnya menyentuh angka krisis. Dalam suatu survey terhadap hasil karya tulis universitas-universitas dalam suatu negara menurut Scientific Journal Rankings, jumlah karya tulis Indonesia masih kalah jauh dari Malaysia yang sebenarnya dulu mahasiswa-mahasiswa dari Malaysia berguru pada orang Indonesia. Malaysiakah yang pintar memelajari sesuatu atau justru Indonesiakah yang sejak dulu hanya berjalan ditempat terkesima oleh kemahsyuran negara lain? Globalisasi dengan segala dampaknya telah membuat kita terlena akan kenikmatannya. Membuat pikiran kritis yang sebenarnya dibutuhkan oleh suatu bangsa terkikis secara perlahan oleh pengaruhnya. Kemajuan teknologi kini seharusnya dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran ilmu dan pengembangan cara berpikir suatu masyarakat umumnya dan mahasiswa khususnya. Kemajuan dan perkembangan teknologi seharusnya jangan menjadi sesuatu yang membuat kita terlena akan buaiannya. Menjadi pribadi yang malas, terjebak selama berjam-jam di depan game yang sesungguhnya tidak menghasilkan apa-apa. Kebutuhan tulisan dalam suatu organisasi kecil maupun besar sangatlah penting terhadap keberlangsungannya. Pikiran kritis dan analisis keadaan dari anggota-anggotanya akan sangat  berpengaruh terhadap keberlangsungan organisasi tersebut. Propaganda serta pemahaman akan lebih mudah tersampaikan melalui tulisan. Dengan minimnya tulisan dari suatu organisasi mencerminkan lemahnya penanaman nilai serta ideologi yang seharusnya tersampaikan dengan jelas dan menyeluruh. Bisa jadi justru pemahaman-pemahaman yang menyimpang namun ditulis secara baik menjadi pemahaman tetap suatu perkumpulan. Urgensitas menulis kini sangat mendesak sekali, dalam hal penanaman pemahaman juga sebagai perlindungan akan masuknya ideologi luar  yang sewaktu-waktu bisa saja menggerogoti kita tanpa sadar. Kebutuhan bahkan keharusan seseorang dalam menulis sudah menjadi suatu yang mendesak untuk menghindari pelemahan pikiran kritis suatu perkumpulan maupun masyarakat.
Tulisan-tulisan yang berkualitas serta bermanfaat diharapkan bermunculan dari masyarakat pada umumnya. Terlebih lagi dari kalangan orang-orang yang berpendidikan dan berkesempatan mendapat tempat belajar yang tinggi. Sebenarnya menulis tidaklah dibatasi oleh usia, kelamin, maupun tingkat pendidikan. Namun jika dilihat dari ilmu dan pengetahuannya orang-orang yang berpendidikanlah yang lebih memiliki tanggung jawab untuk menulis sebagai sarana informasi, edukasi, bahkan propaganda yang bertunjuan menyebarkan luaskan kebermanfaatan. Orang dengan ilmu pengetahuan yang tinggi akan menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih berisi. Maka dari itu menjadi tanggung jawab orang-orang yang berkesempatan mengenyam pendidikan yang tinggi untuk menulis, baik dalam bentuk ilmiah, pendapat, bahkan kritik yang kedepannya dapat membantu meningkatkan taraf hidup kenegaraan. Mengingat kembali masa lalu pra-kemerdekaan ketika para pejuang revolusi dibuang dan dipenjarakan. Komunikasi mereka terhadap Indonesia tercurahkan lewat tulisan, bahkan menjadi acuan pokok kenegaraan. Naar De ‘Republiek Indonesia’ (Tan Malaka), Indonesie Vrij (Hatta), Indonesia Menggugat (Soekarno) adalah beberapa bukti kekuatan tulisan dalam menginisiasi dan menghimpun semangat perubahan.
Menulis merupakan kegiatan yang kini telah menjadi kebutuhan suatu bangsa untuk kemajuannya. Tulisan-tulisan baik berupa karya ilmiah, kritik, opini, maupun gagasan menjadi salah satu syarat keberhasilan suatu negara. Ketajaman pikiran dan analisis dalam tulisan akan menjadi masukan yang baik dalam kehidupan bernegara. Maka kini sadari tanggung jawabmu dan lakukanlah, karena perubahan tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa ada kesadaran dan pergerakan yang mengiringinya.

“When you speak, your words echo only across the room or down the hall. But when your write, your words echo down the ages.” 
-Bud Garner

You Might Also Like

0 komentar