Diantara Dua Pilihan

Sesaat sebelum saya kembali ke Surabaya, saya sempatkan untuk menanyakan satu pertanyaan yang akhir-akhir ini berputar di pikiran saya ke ...

Sesaat sebelum saya kembali ke Surabaya, saya sempatkan untuk menanyakan satu pertanyaan yang akhir-akhir ini berputar di pikiran saya ke kedua orang tua saya
"Yah, Bu, tahun depan apakah aku harus tetap melanjutkan pendidikan di tempatku sekarang atau aku harus pindah?"
Pertanyaan ini terlintas dipikiran saya karena ada sesuatu yang mengganjal tapi entah bagaimana saya bisa menjelaskannya. Masih ada sesuatu yang membuat saya belum bisa menerima keadaan sekarang. Mungkin bisa jadi karena saya gagal di SNMPTN dan SBMPTN kemarin dan harus berkuliah lewat jalur PKM (red:mandiri) di kampus saya sekarang. Mungkin juga karena pemikiran saya terhadap lingkungan baru sekarang yang 180° sangat berbeda dari kehidupan saya ketika di SMA dulu dan saya belum bisa beradaptasi sepenuhnya terhadap lingkungan baru ini. Orang tua saya hanya menjawab "Terserah, ikuti kata hatimu. Semua keputusan ada di tanganmu. Kamulah yang bisa menentukan masa depanmu kelak. Kami akan mendukung semua keputusanmu, katakanlah apa perlumu, kami akan penuhi sebisa kami."
Jawaban yang membuat saya tercengang, betapa mereka mempercayai saya akan masa depan saya kelak. Jawaban yang semakin membuat saya sadar bahwa saya tidak akan bisa bertahan hidup tanpa mereka. Saya tidak akan bisa hidup senyaman ini sekarang bila bukan mereka yang mengurus saya dari dulu. Hal yang membuat saya bersyukur, betapa beruntungnya saya bisa dititipkan oleh Allah kepada orang-orang yang luar biasa seperti mereka.
Ketika berjalan ke dalam bandara untuk check-in, pikiranpun menjadi makin bingung. Bukan karena pertanyaan awal yang saya ajukan kepada mereka tadi, tapi pertanyaan baru yang mulai muncul di pikiran saya
"Bisakah saya seperti mereka? Yang mendidik anaknya dengan cara yang sangat luar biasa. Bukan dengan pemaksaan kehendak orang tua tapi dengan membebaskan anaknya berpikir akan masa depannya sendiri."
Diatas pesawat saya menuliskan tulisan-tulisan ini dengan meneteskan air mata. Berpikir bahwa satu-satunya orang yang bisa menjawab pertanyaan itu hanyalah diri saya sendiri. Mereka telah membebaskan saya untuk menentukan masa depan saya kelak. Masalah untuk memilih tetap melanjutkan disini atau pindah di tempat lain akan saya pertimbangkan lagi sembari meminta pertimbangan kepada Yang Maha Kuasa. Karena sesungguhnya saya sadar, saya diturunkan ke dunia ini pasti ada maksudnya. Saya harus mengetahui apa maksud Allah menurunkan saya di dunia ini.
Untuk Ayah dan Ibu, aku masih butuh bimbingan kalian. Tanpa kalian aku bisa mastiin kalau aku pasti nyasar, tersesat, kehilangan arah, dan semacamnya. Terlalu berlebihan kalau aku bilang bakal bikin bangga kalian. Satu hal aja yang bisa aku kerjain, berusaha bikin kalian bangga, entah gimana caranya.

Haekal Akbar Kartasasmita
Senin, 10 November 2014

You Might Also Like

1 komentar

  1. 2,5 tahun yang lalu, masih 16 tahun. Tapi aku bangga punyamu, sesuatu yang dikirim Tuhan untuk melengkapi hidup kami. Hanya rasa syukur yang bisa terucap dan betapa waktu berlalu begitu cepat, semoga kita senantiasa dilindungi Sang Kuasa. Betapa kami orangtua hanyalah perantara yang harus siap bertanggungjawab atas titipan ini.
    Maafkan kami yang kadang memaksa agar kamu jadi dewasa, menerima sesuatu yang kadang diluar batas nalar. Tapi kau tetap menerima dengan tanpa bantahan. Terima kasih sudah menjadi anak yang baik.

    ReplyDelete