Hujan Memelukku

Hujan Memelukku Kemarin malam hujan lebat turun seketika tanpa ada gerimis yang mendahuluinya. Hujan yang dinanti-nantikan banyak warga...

Hujan Memelukku

Kemarin malam hujan lebat turun seketika tanpa ada gerimis yang mendahuluinya. Hujan yang dinanti-nantikan banyak warga di daerah sini. Kini aku berada di daerah yang sangat jauh berbeda dari daerah asalku Bogor, inilah Surabaya. Daerah yang berada di pinggir pantai dan terkenal dengan teriknya matahari yang menyinarinya. Wilayah yang terkenal kering dengan guyuran hujan yang hanya beberapa waktu saja sepanjang tahun. Baru dua bulan aku berada di sini menjadi siswa yang dibilang puncak tertinggi dari segala siswa. Adaptasi terhadap kondisi alam lumayan membuatku kewalahan. Berangkat dari daerah yang sangat terkenal dengan kuantitas hujan yang lumayan besar, di sini aku harus menyesuaikan diri dengan daerah yang bisa dibilang 180° berbeda dari daerah asalku. Sepanjang hari hanya suasana yang kering dengan dipayungi teriknya matahari yang menemaniku menuntut ilmu.
Jam menunjukan pukul 22:00 ketika tiba-tiba terdengar suara bergerumuh di luar rumah. Seketika aku terbangun dari tidurku dan beranjak keluar dari kamarku. Menengok ke jendela ada apakah gerangan yang terjadi di luar. Wah, ternyata itu adalah suatu “keajaiban” yang turun dari langit. Sesuatu yang bisa membuatku teringat akan kenangan daerah asalku. Benda yang turun dari langit seakan menanyakan bagaimana kabarku di perantauan ini. Hawa dingin yang tercipta semakin membuatku ingin kembali ke daerah asalku. Ya, itu adalah hujan yang mengguyur kota ini. Hujan yang sudah dari lama ditunggu-tunggu oleh penduduk asli. Hujan yang memberi penyegaran diri setelah lama ditinggal olehnya. Kejadian yang sebenarnya sudah tak asing bagi penduduk di sini, tapi sangat membuatku tercengang. Aku sempat berpikir bahwa ternyata di tempat yang luar biasa kering dan  panasnya ternyata bisa juga terjadi hujan. Walau hanya beberapa menit, ini sungguh membuatku takjub. Mungkin terlalu berlebihan bila aku mengatakan bahwa kejadian ini adalah kejadian yang luar biasa dan mencengangkan. Tetapi bila dilihat dari latar belakangku yang berasal dari daerah yang sering disebut “Kota Hujan”, ketika tiba-tiba kejadian yang hampir tiap hari melanda daerah asalku seakan menghilang di kota tempatku menuntut ilmu ini sungguh membuatku kaget. Itulah yang bisa aku ekspresikan ketika benda yang turun dari langit itu seakan dapat membawaku kembali ke daerah asalku.
Pagi mulai menyongsong, ketika matahari mulai memberanikan diri menampakan sosok tegarnya. Pagi ini tidak seperti pagi yang telah aku lewati selama dua bulan kebelakang. Pagi ini adalah pagi yang bisa membuatku seakan berdiri di depan selasar rumahku. Gumpalan awan menyelimuti birunya langit. Memayungi sinar matahari yang sudah sedia menerangi awal mula hari ini. Pagi ini sungguh berbeda dari pagi biasanya, jalan berwarna lebih gelap dari biasanya. Oh, ternyata itu adalah jalanan yang kemarin malam terkena guyuran air hujan. Sungguh ini membuatku semakin girang. Membuatku merasa ada yang menyelimutiku dengan rasa yang tak pernah ingin aku lewatkan. Rasa yang selalu menyapaku ketika aku berada di daerah asal. Sungguh, semua nampak lebih dari biasanya. Suasananya, perasaanya, dan hal-hal yang ada di dalam hati ini. Rasa ini membuatku seperti orang yang baru saja dimabuk asmara. Membuatku seakan ingin tersenyum kepada semua orang yang ada di sini. Membuatku seakan ingin menyalami mereka sambil berdiskusi hangat tentang apa yang akan terjadi hari ini. Hujan kemarin malam membuatku sumringah akan gairahku pada pagi ini. Hujan kemarin malam seakan membuatku menjadi orang yang lebih ceria dari hari-hari sebelumnya. Hujan kemarin malam membuatku merasa akulah orang yang paling beruntung di pagi ini. Satu hal yang aku rasakan. Hujan kemarin malam memelukku dengan sangat erat.


Haekal Akbar Kartasasmita
Minggu, 16 November 2014

You Might Also Like

0 komentar