Hujan Memelukku
16:38:00
Hujan
Memelukku
Kemarin
malam hujan lebat turun seketika tanpa ada gerimis yang mendahuluinya. Hujan
yang dinanti-nantikan banyak warga di daerah sini. Kini aku berada di daerah
yang sangat jauh berbeda dari daerah asalku Bogor, inilah Surabaya. Daerah yang
berada di pinggir pantai dan terkenal dengan teriknya matahari yang
menyinarinya. Wilayah yang terkenal kering dengan guyuran hujan yang hanya
beberapa waktu saja sepanjang tahun. Baru dua bulan aku berada di sini menjadi
siswa yang dibilang puncak tertinggi dari segala siswa. Adaptasi terhadap
kondisi alam lumayan membuatku kewalahan. Berangkat dari daerah yang sangat
terkenal dengan kuantitas hujan yang lumayan besar, di sini aku harus
menyesuaikan diri dengan daerah yang bisa dibilang 180° berbeda dari daerah
asalku. Sepanjang hari hanya suasana yang kering dengan dipayungi teriknya
matahari yang menemaniku menuntut ilmu.
Jam
menunjukan pukul 22:00 ketika tiba-tiba terdengar suara bergerumuh di luar
rumah. Seketika aku terbangun dari tidurku dan beranjak keluar dari kamarku. Menengok
ke jendela ada apakah gerangan yang terjadi di luar. Wah, ternyata itu adalah
suatu “keajaiban” yang turun dari langit. Sesuatu yang bisa membuatku teringat
akan kenangan daerah asalku. Benda yang turun dari langit seakan menanyakan
bagaimana kabarku di perantauan ini. Hawa dingin yang tercipta semakin
membuatku ingin kembali ke daerah asalku. Ya, itu adalah hujan yang mengguyur
kota ini. Hujan yang sudah dari lama ditunggu-tunggu oleh penduduk asli. Hujan
yang memberi penyegaran diri setelah lama ditinggal olehnya. Kejadian yang
sebenarnya sudah tak asing bagi penduduk di sini, tapi sangat membuatku
tercengang. Aku sempat berpikir bahwa ternyata di tempat yang luar biasa kering
dan panasnya ternyata bisa juga terjadi
hujan. Walau hanya beberapa menit, ini sungguh membuatku takjub. Mungkin
terlalu berlebihan bila aku mengatakan bahwa kejadian ini adalah kejadian yang
luar biasa dan mencengangkan. Tetapi bila dilihat dari latar belakangku yang
berasal dari daerah yang sering disebut “Kota Hujan”, ketika tiba-tiba kejadian
yang hampir tiap hari melanda daerah asalku seakan menghilang di kota tempatku
menuntut ilmu ini sungguh membuatku kaget. Itulah yang bisa aku ekspresikan
ketika benda yang turun dari langit itu seakan dapat membawaku kembali ke
daerah asalku.
Pagi
mulai menyongsong, ketika matahari mulai memberanikan diri menampakan sosok tegarnya.
Pagi ini tidak seperti pagi yang telah aku lewati selama dua bulan kebelakang.
Pagi ini adalah pagi yang bisa membuatku seakan berdiri di depan selasar
rumahku. Gumpalan awan menyelimuti birunya langit. Memayungi sinar matahari
yang sudah sedia menerangi awal mula hari ini. Pagi ini sungguh berbeda dari
pagi biasanya, jalan berwarna lebih gelap dari biasanya. Oh, ternyata itu
adalah jalanan yang kemarin malam terkena guyuran air hujan. Sungguh ini
membuatku semakin girang. Membuatku merasa ada yang menyelimutiku dengan rasa
yang tak pernah ingin aku lewatkan. Rasa yang selalu menyapaku ketika aku
berada di daerah asal. Sungguh, semua nampak lebih dari biasanya. Suasananya,
perasaanya, dan hal-hal yang ada di dalam hati ini. Rasa ini membuatku seperti
orang yang baru saja dimabuk asmara. Membuatku seakan ingin tersenyum kepada
semua orang yang ada di sini. Membuatku seakan ingin menyalami mereka sambil
berdiskusi hangat tentang apa yang akan terjadi hari ini. Hujan kemarin malam
membuatku sumringah akan gairahku pada pagi ini. Hujan kemarin malam seakan
membuatku menjadi orang yang lebih ceria dari hari-hari sebelumnya. Hujan
kemarin malam membuatku merasa akulah orang yang paling beruntung di pagi ini.
Satu hal yang aku rasakan. Hujan kemarin malam memelukku dengan sangat erat.
Haekal Akbar
Kartasasmita
Minggu, 16 November 2014
0 komentar