Di Kamar Mandi Kata-Kata Berbaris untuk Tinggal Selama-lamanya
22:17:00
Pada dudukan kloset yang tutupnya
sudah patah setengah, digelarnya deretan
kata yang berjejer dan berhimpitan. Baris
tak teratur bergumam satu sama lain.
Dilencangkan lah olehnya masing-masing
kata hingga rapih menjadi kalimat. Lalu dijadikan
masing-masing regu menjadi rentetan cerita asal
tentang duri-duri yang berserakan di jalanan
hingga membuat ban mobil yang lewat kempes semua.
Di ruangan 2x3m, satu pintu, satu bak mandi
satu gayung (bocor), sabun-sabun berserakan, bekas shampo
juga wajah renta tua yang menyisa di cermin kusam
tempat embun-embun duduk rapih di sekitarnya
kata-kata tersayup dengan hati-hati dan hening
bersama aroma khas kamar mandi setelah sampah-sampah
dunia berada di tempatnya. Digelarnya lapangan luas
untuk kata-kata bisa berlalu-lalang saling
bercengkrama
hingga badai memporak porandakan mereka semua.
Flush yang luluh membawa bekas-bekas perjuangan
hidup sehari-hari seketika menghentikan, gelaran pentas
seni remaja-remaja kata setengah dewasa yang
berbaris
menyanyikan lagu “Tanah Air” dan “Indonesia Pusaka”
Setelah itu, ditinggalkannya kenang dan sisa kening
kata
dalam ruangan pengap tanpa exhaust itu, lalu diajaknya
kata-kata untuk tinggal dalam kertas-kertas buram di
meja belajarnya kusamnya. (Ia membujuk kata untuk
hidup selama-lamanya dalam kertas-kertas buram)
…
Di Kamar Mandi pengap dengan kloset yang
tinggal setengah tutupnya itu. Ia menjejerkan kata,
untuk nanti tinggal di kertas-kertas buram.
2 September 2017
Surabaya
0 komentar