Belajar Bukan Bersekolah, Penjajahan Masyarakat Indonesia

Membahas tentang pendidikan Indonesia saat ini dengan lebih mendalam. Paradigma pendidikan saat ini yang tengah berkembang di masyarakat ad...

Membahas tentang pendidikan Indonesia saat ini dengan lebih mendalam. Paradigma pendidikan saat ini yang tengah berkembang di masyarakat adalah bahwa satu-satunya jalan menjadi orang terdidik adalah dengan bersekolah. Tentu hal ini menjadi sebuah kekeliruan jika kita bisa melihat lebih dalam bahwa sebenarnya terdidik bisa didapatkan dari belajar dengan cara apapun. Sayangnya pendidikan formal yang kini penilaian mutunya berbasis pendekatan industri menjadi rujukan utama bagaimana seseorang disebut sebagai orang yang terdidik. Menurut Prof. Daniel M Rosyid, salah seorang pakar pendidikan Jawa Timur, mengatakan bahwa ‘Belajar bukan Bersekolah’.

Pada dasarnya sekolah yang hadir di tengah masyarakat kini adalah sekolah formal dengan paradigm industrial based yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri, berbeda dengan pesantren yang berparadigma community based. Persekolahan yang lahir dari politik etis zaman kolonialisme ini tidak diciptakan untuk kepentingan pribumi, namun digunakan sebagai kepentingan industri. Walau secara politik pada tahun 1945 Indonesia telah merdeka, namun nyatanya perekonomian Indonesia belum merdeka. Hal ini menyebabkan diciptakannya pola sekolah yang bertujuan untuk menyeragamkan masyarakat dalam satu pola. Keseragaman ini jika ditilik lebih jauh lagi bertujuan agar masyarakat menjadi sosok-sosok yang patuh, atau dalam istilah lain mendisiplinkan pasar. Pemerintah ingin masyarakat patuh agar iklim investasi di Indonesia bisa aman. Hal ini berdampak pada pola pikir masyarakat yang terbentuk bahwa untuk menjadi sukses haruslah bekerja di perusahaan besar, terlebih lagi di perusahaan internasional.

Pusat-pusat peradaban bergeser dari masjid-masjid ke SMA, serta pusat-pusat pembelajaran bergeser dari keluarga ke sekolah, padahal keluarga seharusnya merupakan tempat utama untuk mendidik seorang anak. Maka dari itu pergeseran paradigma mengenai pendidikan harus didefinisikan ulang, keluarga haruslah menjadi pondasi utama pendidikan Indonesia. Pola pikir wajib bersekolah harus didefinisikan ulang menjadi wajib belajar, karena kembali lagi belajar tidaklah sama dengan bersekolah.

Sekolah merupakan sistem yang sangat berbahaya pada saat ini, karena membuat masyarakat mengesampingkan masjid dan keluarga sebagai tempat utama untuk belajar. Jika ditanyakan lembaga mana yang perlu bertanggung jawab atas krisis manusia kini, jawabannya adalah sekolah. Sekolah didesain untuk memenuhi kepentingan guru, hingga-hingga pada akhirnya yang terjadi adalah sekolah merupakan tempat guru mengajar, bukan tempat murid belajar. Kebijakan pemerintah perlu diperbaiki bahwasanya yang perlu ditingkatkan bukanlah memperluas kesempatan bersekolah, tapi memperluas kesempatan untuk belajar. Bahkan perlu dibentuk suatu sistem baru dengan usulan SOLE (Self Organizing Learning Environment) yang bertujuan untuk membuka ruang pada murid mengeksporasi media belajarnya sendiri tanpa dikekang oleh berbagai macam aturan.

Kita hingga kini masih dihinggapi pola pikir terjajah dan hal ini tidak bisa dibiarkan secara terus menerus. Perlu perbaikan pola pikir untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dari kolonialisme tapi memerdekakan individu-individu Indonesia yang ada dengan cara memanusiakan manusia Indonesia

Disampaikan oleh Prof Daniel M Rosyid, pakar pendidikan Jawa Timur

15 Agustus 2017
Surabaya


You Might Also Like

0 komentar