INSPIRASI
01:19:00
“The biggest adventure you can take
is to live the life of your DREAMS.”
-Oprah Winfrey
Setelah beberapa waktu ga nulis
pengalaman-pengalaman yang sudah terjadi, ada hasrat juga buat cerita sedikit
tentang peristiwa kecil beberapa waktu kebelakang. Sebagai awalan sekarang
tempat tinggal sudah pindah ke asrama Rumah Kepemimpinan. Apa tuh? RK
singkatnya adalah satu lembaga yang mewadahi mahasiswa-mahasiswa (yang katanya)
strategis untuk dikembangkan dengan sedemikian rupa supaya jadi kader-kader
pemimpin Indonesia di masa depan. Muluk sih, tapi setelah lolos seleksi ga ada
salahnya juga untuk mengembangkan diri di RK.
RK sendiri yang bisa dibilang sebagai tempat
kaderisasi mahasiswa strategis ini punya program-program khusus yang membentuk
peserta-peserta di dalamnya untuk menjadi alumni dengan kriteria sedemikian
rupa. Nah salah satu bentuk pembinaannya adalah mendatangkan
pembicara-pembicara yang punya ilmu dan pengalaman lebih di berbagai bidang.
Mirip seperti caranya H.O.S Cokroaminoto dulu untuk murid-muridnya di kosan
peneleh. Ini yang saya suka karena sejak tinggal di RK hampir setiap malam
ditempa lewat program pembinaan dan setiap minggunya pasti dipertemukan sama calon
istri orang-orang hebat yang sudah berkembang di bidangnya masing-masing.
Belum lagi orang di dalam RK sendiri yang sudah bergerak banyak untuk
masyarakat. Dan hal ini sangat sayang untuk sekedar jadi pelengkap cerita
hidup, tanpa ada upaya untuk memanfaatkannya.
Visi Besar
Baru saja di asrama dapat materi tentang kepemimpinan
kenabian (Prophetic Leadership) yang sudah ditulis ke dalam buku oleh Bang
Bachtiar sebutannya. Beliau ini adalah direktur pusat RK yang sudah berjuang
banyak untuk RK, mulai dari tenaga, pikiran, waktu, bahkan kebahagiaannya kalau
bisa dibilang. Karena memang walau dengan jatuh-bangun beliau telah
mendedikasikan dirinya untuk lembaga ini. Dan dari Bang Bach ini akan sedikit
saya ceritakan inspirasi yang didapatkan dari beliau.
Humanisasi-Liberasi-Transedensi adalah 3 misi
kepemimpinan yang tertuang di buku Prophetic
Leadership karya Bang Bach. Hasil berdiskusi bersama Prof. Dr. Kuntowijoyo,
seorang budayawan Indonesia, perihal masalah kepemimpinan. Humanisasi adalah
bagaimana kita bisa memanusiakan manusia, Liberasi adalah bagaimana kita
membebaskan belenggu-belenggu dari seorang manusia, dan Transedensi adalah
bagaimana kita senantiasa mengaitkan segala kegiatan kita kepada Allah SWT
sebagai Tuhan semesta alam. 3 misi ini menjadi penting bagi seorang pemimpin
untuk bagaimana caranya menjadi pemimpi yang sebaik-baiknya pemimpin.
Bukan 3 misi itu yang ingin saya bahas, karena akan
lebih afdhol jika kita membaca
langsung buku tulisan Bang Bach. Saya ingin sedikit bercerita tentang inspirasi
yang saya dapatkan dari seorang Bang Bach ini. Beliau adalah mantan Ketua BEM
UI (katanya Ketua BEM UI pertama), asal Fakultas Teknik periode 1999-2000.
Prestasi dan goresan karya beliau sudah tidak perlu diragukan lagi. Aktif di
berbagai tempat dengan kesibukan yang saya pun belum bisa membayangkannya namun
masih sanggup berkeliling Indonesia untuk “mengader” pemuda-pemuda Indonesia
sebagai proyeksi pemimpin di masa depan. Hampir setiap minggu beliau berkeliling yang tak
jarang memakan waktu yang pada orang biasa dihabiskan untuk bersenda gurau
bersama keluarga. Dedikasi beliau sudah tak perlu dipertanyakan lagi.
Sepertinya rasa lelah sudah tak pernah hinggap pada diri beliau.Jika kita menilik apa korelasinya
seorang lulusan Fakultas Teknik mau berjuang di jalan kaderisasi pemimpin
(tentu dengan perjuangan yang bukan main luar biasanya). Tak ada hubungannya
sama sekali apa yang ia pelajari di bangku kuliah dengan apa yang
diperjuangkannya saat ini. Ini hal baru yang saya pelajari dari beliau. Beliau
menyebutnnya dengan VISI BESAR.
Visi besar beliau didapatkan dari pengalaman beliau
untuk mengader adik-adik tingkatnya ketika dulu masih berada dalam dunia
kampus. Bergerak dalam dunia dakwah, beliau mendapatkan ide bagaimana ketika
kaderisasi tersebut dilakukan dengan melakukan pembinaan di dalam kos-kosan.
Dan kini bentuk itulah yang ia perjuangkan bersama RK, bagaimana menciptakan
kader-kader melalui pembinaan dalam asrama-asrama RK di berbagai tempat. Visi
besar ini beliau teguhkan tepat setelah lulus dari dunia kampus. Menasbihkan
diri untuk menjadi “Peternak Kader” kebaikan demi cita-cita besar membentuk
Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Visi besar beliau dapatkan dari hasil diskusi dengan
berbagai tokoh, pengalaman-pengalaman yang beliau dapatkan dari kegiatan
berorganisasi, analisis-analisis tehadap keadaan eksisting Indonesia,
sumber-sumber ilmu yang menjadi referensinya dalam memandang suatu masalah
besar yang ia anggap harus segera diselesaikan.
Dan menjadi sebuah keberanian besar ketika hal ini beliau jadikan
sebagai jalan hidup utama yang layak untuk diperjuangkan. Kalau kata beliau
jangan sampai kita-kita ini terperangkap dalam jebakan-jebakan yang menjadikan
kita sebagai sekrup-sekrup kapitalis serta robot-robot industri. Yap satu hal
yang begitu menginspirasi untuk kita bergerak tidak hanya mengikuti arus zaman
yang secara tidak sadar membuat kita menjadi buruh-buruh demi kepentingan orang
lain. Namun kita juga harus bisa mempertajam pisau analisis kita terhadap
kondisi sekitar, menerjemahkannya dalam sebuah gagasan, dan bertindak aktif
untuk menjadikannya sebagai Visi Besar hidup kita masing-masing.
Silahkan bergulat dengan batin kita masing-masing,
untuk apa kita mendedikasikan hidup kita ke depannya. Apakah membawa Visi Besar
untuk Indonesia atau bahkan lebih luas lagi, atau hanya sekedar mengikuti arus
untuk membantu mewujudkan Visi Besar orang lain. Silahkan Memilih :)
9 Oktober 2016
Surabaya
0 komentar