Masyarakat Terpelajar
02:03:00
Mahasiswa, keterbagian dari suatu
entitas yang dinamakan siswa yang di-Maha-kan. Satu sifat Tuhan yang
diembel-embelkan di depan kata yang mencirikan seseorang yang mendapat
kesempatan untuk dapat mengenyam nikmatnya pendidikan. Pemuda, masa peralihan
dari seorang manusia dimana terasa perubahan dari yang masih ketergantungan
akan orang yang mengikatnya perlahan menjadi bebas untuk dapat menjalankan
kewajiban serta mendapat haknya sebelum sepenuhnya bebas dari keterikatan
pengampunya. Pemuda khususnya Mahasiswa sebagai manusia dengan intelektual
tinggi, seperti yang banyak diharapkan orang, berkewajiban turut serta dalam
pertumbuhan dan perkembangan bangsanya. Ditilik dalam sejarah perkembangan di
dunia segala pergerakan menuju pembaharuan suatu peradaban, selalu ada peran
pemuda di dalamnya, khususnya yang berpendidikan. Ali bin Abi Thalib dalam masa
perkembangan awal agama islam, Baden Powell dengan Boy Scouts-nya, dan banyak peristiwa lain yang melibatkan pemuda
dalam pergolakannya. Mahasiswa yang berada perguruan tinggi sering disandingkan
dan disamakan dengan laboratorium kehidupan. Segala macam proses belajar,
bersosialisasi, berorganisasi, bermasyarakat, dan ber- ber- yang lain bisa
diaplikasikan dan dilakukan di laboratorium ini tanpa harus dirasuki rasa
takut. Keterjaminan dalam Laboratorium ini membuat para mahasiswa bebas
bereksperimen untuk bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat kelak, selama
masih dalam ruang lingkup yang bertanggung jawab.
Pergerakan diartikan sebagai
kegiatan yang membawa perubahan dalam suatu lingkupnya masing-masing.
Pergerakan sendiri berada dalam ranah multidimensi yang cakupannya sangat luas,
tergantung dimana seseorang atau sekelompok orang ingin bergerak. Dalam ranah
kemasyarakatan, keilmiahan, politik, budaya, sosial, dan lainnya. Pemuda, yang
khususnya mahasiswa, juga memiliki ranah pergerakan yang cukup luas. Sebagai
manusia yang berkesempatan mengecap strata tertinggi dalam pendidikan,
mahasiswa dipercaya oleh masyarakat sebagai segolongan orang yang dapar berpikir
lebih dalam menghadapi suatu persoalan. Dengan didukung lingkungan yang memadai
serta fasilitas dalam mengolah suatu masalah, mahasiswa memiliki daya dukung
yang cukup dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam masyarakat. Sudah
seharusnya mahasiswa menjadi jembatan rakyat dalam hubungannya terhadap
pemerintah. Akses-akses yang dimiliki mahasiswa serta dukungan dari sejarah
yang selalu melibatkan mahasiswa di dalamnya menjadi kelebihan tersendiri yang
dimiliki mahasiswa sebagai jembatan penghubung rakyat dan pemerintah.
Pertanyaannya, apakah jembatan tersebut masih terbangun dan dijalankan dengan
baik.
Sejarah Indonesia selalu diwarnai
oleh gerak-gerik pemudanya yang selalu menimbulkan cerita tersendiri. Peristiwa
Rengasdengklok, Malari, Reformasi, menjadi sedikit dari banyak cerita yang
terlahir atas peran pemuda di dalamnya. Kekuatan besar dari para pemuda sudah
terbukti dari rentetan peristiwa yang terjadi. Mulai dari pembentukan suatu
Negara hingga peruntuhan suatu rezim kekuasaan, pemuda selalu memegang peranan
penting di dalamnya. Tak ayal, seringkali banyak terjadi perbedaan pendapat
antara golongan muda yang masih menggelora jiwanya dibanding golongan tua yang
lebih dewasa dan sabar dalam gerakannya. Perbedaan sifat yang terjadi dari dua
golongan ini menjadi warna tersendiri dalam sebuah pergerakan. Keduanya saling
melengkapi dalam keberlangsungannya.
Corak Pergerakan
Mahasiswa Indonesia
Dalam berbagai zaman serta
generasi, pergerakan mahasiswa Indonesia
memiliki coraknya masing-masing. Zaman pra-kemerdekaan, pergerakan masih
terpusat kepada golongan-golongan pemuda yang berkesempatan mengenyam
pendidikan tinggi hasil politik etis Belanda. Semakin mendekati tahun
kemerdekaan ditandai dengan semakin banyaknya anak bangsa yang berkesempatan
mengenyam nikmatnya ilmu pengetahuan. Ditambah lagi kesempatan yang diberikan
untuk bisa bersekolah ke luar negeri, yang menyebabkan anak-anak bangsa
tersadar akan kebutuhan bangsanya setelah membandingkan dengan Negara yang
mereka singgahi. Kebiasaan berhimpun juga mulai mereka lakukan untuk
mengorganisasi pergerakan mereka agar lebih rapih dan sistematis. Jong Java, Kelompok
Studi Indonesia, Perhimpunan Indonesia, menjadi beberapa contoh
perhimpunan-perhimpunan yang terbentuk karena kesadaran para pemudanya akan
kebutuhan berorganisasi. Setelah proklamasi, kesempatan untuk bersekolah
semakin luas. Dengan kesempatan yang semakin terbuka, pemuda Indonesia bisa
berpikir lebih bebas untuk mendeteksi masalah-masalah yang terjadi
terhadap bangsanya. Pergerakan pada masa
ini juga cukup besar pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia. Mahasiswa mulai
sadar dan membentuk aliansi-aliansi sendiri. Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa
Indonesia (PPMI), menjadi contoh aliansi yang dibentuk antar kelompok mahasiswa.
Juga organisasi mahasiswa eksternal yang dibawahi partai politik sebagai underbow masing-masing partai, sebut
saja CGMI underbow PKI, HMI underbow Masyumi, dan organisasi lain
bentukan partai politik. Pada masa ini terkenal juga dengan angkatan ’66 yang menggulingkan
kekuasaan orde lama dan membangun orde baru dengan Golongan Karyanya. Pada masa
setelahnya yaitu masa orde baru, pergerakan pemuda kembali mendapat masalah
yang serius berkaitan dengan kekuasaan orde baru pada saat itu. Berbagai macam
gerakan dilancarkan untuk meruntuhkan kekuasaan pada masa itu, namun belum juga
berhasil. Pada pihak lain, pemerintah juga melakukan berbagai macam perlawanan
dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan semacam NKK/BKK yang dapat meredam
pergolakan yang terjadi di perguruan tinggi. Reformasi-pun pecah dengan pada
tahun 1998 dengan didudukinya gedung DPR oleh persatuan mahasiswa dan lascar
rakyat. Pada zaman ini, mahasiswa dan rakyat bercampur menjadi satu karena
memiliki permasalahan yang sama. Pasca-Reformasi gerakan mahasiswa masih ada
namun dampaknya belum terasa menyeluruh. Mungkin masih terjebak dalam romantika
gerakan angkatan ’66 dan angkatan ’98 yang begitu gemilang meruntuhkan penguasa
pada masa itu. Tantangannya sekarang adalah bagaimana cara agar gerakan
mahasiswa tetap hidup dan tetap berpihak pada rakyat Indonesia. Tentunya dengan
mengikuti perkembangan zaman dan tetap berpegang pada kebenaran.
Reaksioner
Keterbukaan informasi pada masa
ini sangatlah besar. Peristiwa di ujung barat Indonesia dapat dengan mudah
diketahui di seluruh penjuru Indonesia melalui barang yang dihasilkan oleh
proses kemajuan peradaban. Berita yang tersebar mulai dari hal yang paling
menggemparkan dan berpengaruh hingga berita ringan untuk segolongan kecil orang
dapat dengan mudah diakses dimanapun dan kapanpun dengan ketersediaan
teknologi. Arus informasi yang sangat kuat seakan menuntut setiap orang untuk
dapat menyesuaikan atau paling tidak bisa ikut mengalir agar tidak mengalami
ketertinggalan dalam pengetahuannya. Segala ilmu, informasi, peristiwa, dan
lainnya dengan mudah dan cepat merambah ke segala penjuru dunia. Tak ayal,
media populer pada masa kini menjadi salah satu hal yang penting dalam
melakukan kegiatan, termasuk pergerakan oleh pemuda.
Semakin mudah informasi dapat diraih
oleh semua orang, semakin terbuka peluang bagi seseorang untuk dapat membentuk
opini masyarakat sesuai kehendak sendiri. Pemegang kekuasaan media kini bisa
dengan mudah memutar balikan asumsi publik terhadap suatu peristiwa yang ada.
Apalagi jika media tersebut dipeluk oleh kepentingan-kepentingan pribadi atau
suatu golongan. Kesadaran dan sikap bijak dari masyarakat sangatlah dibutuhkan
dalam menghadapi informasi yang terus mengalir di media. Tingkat intelejensi
dan kesadaran umum sangatlah diperlukan agar dapat memilah mana informasi yang
layak dipercaya dan mana informasi yang kurang layak untuk diikuti.
Pergerakan pemuda khususnya
mahasiswa seharusnya selalu berkaitan langsung dengan persoalan pokok yang
terjadi di masyarakat. Kegelisahan, kegusaran, bahkan kepanikan masyarakat
seharusnya bisa dideteksi secepat mungkin oleh mahasiswa. Agar dapat diredam
dan didiskusikan untuk menemukan solusi yang dapat diambil sesuai dengan bidang
yang mahasiswa pelajari. Sebagai pengenyam strata pendidikan tertinggi,
mahasiswa menjadi ujung tombak masyarakat untuk membahas permasalahan yang
terjadi di sekitarnya. Arus Informasi media populer bukan tidak mungkin menjadi
salah satu tolok ukur untuk mendeteksi apa saja permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Perbincangan yang terjadi di dalam masyarakat tidak akan lepas dari
informasi-informasi yang tersedia dalam media populer. Mahasiswa seharusnya
tidak boleh luput dari informasi yang sedang menjadi tren dalam masyarakat,
agar kegelisahan yang terjadi di dalam masyarakat dapat sedikit dikurangi.
Pertanyaannya sejauh mana informasi dari media populer dapat diikuti dan
dikawal. Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya media-media populer memiliki
pegangan kekuasaan orang yang berkepentingan, baik itu kepentingan untuk umum
maupun pribadi. Penyaringan informasi terhadap media populer harus dilakukan
dengan pendekatan keilmuan. Informasi yang tersedia kepada masyarakat pada
sebuah bidang harus juga diikuti dengan pendekatan keilmuan dalam bidang
tersebut. Maka dari itu, peran mahasiswa sebagai golongan terpelajar untuk
memilih, memilah, dan menyaring serta meluruskan informasi yang ada kepada
masyarakat bila sekiranya itu sudah lewat atau melenceng dari rasionalisasi
keilmuan. Jangan juga mahasiswa terlalu reaksioner terhadap suatu informasi
yang dibawa oleh media populer, karena pada akhirnya nanti bisa ikut juga
terkecoh oleh kepentingan yang mungkin ada di dalamnya. Informasi populer yang
sedang hangat dibicarakan masyarakat sebenarnya juga bisa menjadi saran
meningkatkan eksistensi mahasiswa dalam masyarakat umum. Hal-hal yang sering
dibicarakan masyarakat bila dapat dibahas dengan jelas pada ranah mahasiswa
bisa meningkatkan posisi mahasiswa dalam pikiran masyarakat umum. Tentu ini
menjadi hal yang positif dalam pergerakan mahasiswa sendiri, karena pada
hakikatnya mahasiswa bergerak untuk kesejahteraan umum. Bila saja masyarakat
sebagai konstituen yang diakui oleh mahasiswa tidak mendukung pergerakan
mahasiswa, akan terasa percuma peluh keringat yang keluar bila orang-orang yang
“diwakilkan” tersebut bahkan menolak untuk “terwakilkan”. Bukannya suara
mahasiswa itu suara RAKYAT?
Kok Mahasiswa?
Indonesia yang menganut system trias politica memiliki 3 badan utama
yang mengatur jalannya sebuah Negara (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif).
Sistem kepartaian juga diterapkan Indonesia dalam menjalankan sistem
kenegaraannya. Masing-masing partai memiliki ideologi, visi, misi tersendiri
yang berlatar belakang berbeda-beda. Kepentingan-kepentingan yang dibawa oleh
masing-masing partai yang berdiri di Indonesia bertujuan untuk memajukan Negara
Indonesia sendiri. Namun, tak boleh diabaikan juga dan harus tetap diwaspadai
terhadap orang-orang yang menaruh kepentingan pribadi atau golongannya sendiri
dalam menjalankan roda kepemerintahannya. Pengawalan dan pengawasan terhadap
kegiatan yang melenceng dari tujuan utama bernegara harus selalu dilakukan,
untuk mencegah bahkan mengantisipasi penggunaan sistem kenegaraan dalam
memenuhi kepentingan pribadi atau golongan sendiri.
Menempati puncak strata tertinggi
dalam pendidikan, mahasiswa secara tidak langsung menjadi salah satu tumpuan
masyarakat dalam mengawal dan mengawasi jalannya kepemerintahan. Sesuai
bidangnya masing-masing, mahasiswa dapat mengawal kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dengan pendekatan keilmuan masing-masing. Dari segi ekonomi,
politik, teknis, bahkan budaya, mahasiswa bisa membandingkan serta menimbang
kebermanfaatan yang ada jika suatu keputusan diturunkan dari pemerintah. Mahasiswa
juga diharapkan dapat mendeteksi berbagai macam kecurangan yang mungkin dapat
terjadi ketika pengambilan keputusan telah terjadi. Lantas, mengapa harus
mahasiswa yang menjalani ini semua selain karena mereka telah dengan nyaman
berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
1.
Bebas
Mahasiswa
yang seharusnya belum dikuasai oleh kepentingan-kepentingan golongan (khususnya
perpolitikan), memiliki kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan berorganisasi
selama masih dalam ruang lingkup bertanggung jawab. Kebebasan terhadap
kepentingan suatu pribadi atau golongan inilah yang membuat mahasiswa dapat
berpikir lebih jernih dan bahkan radikal dalam menghadapi masalah yang
bersangkutan dengan bidang masing-masing. Tanpa adanya keterikatan kepentingan
dan golongan, mahasiswa seharusnya selalu berpihak pada kepentingan umum yang
secara tidak langsung menjadi konstituennya.
2.
Berani
Golongan
muda/Pemuda terkenal dengan sifat pantang mundur dan konsisten dalam
pergerakannya (bahkan cenderung ngotot
saat keputusannya tidak diamini oleh golongan tua). Berbagai catatan sejarah
telah menuliskan bahwa golongan muda selalu hadir sebagai pembawa perubahan di
dalam situasi yang terikat. Masa Pra-Kemerdekaan, Orde Lama, serta Orde Baru
menjadi rentetan peristiwa yang tidak mungkin dilupakan oleh Golongan Muda
Indonesia. Keterikatan dan pengekangan malah menjadi suatu dorongan untuk
melepaskan diri darinya. Apalagi terhadap golongan yang telah terpelajar dan
memahami arti kebebasan (yang masih bertanggung jawab). Berani, menjadi modal
pemuda dalam menghadapi kecurangan yang terjadi dalam berjalannya kehidupan
bermasyarakat.
3.
Tanpa
Kepentingan
Perbedaan
ideologi, visi, serta misi organisasi yang berjalan dalam kepemerintahan
tentunya menumbuhkan berbagai kepentingan yang beragam pula, baik itu untuk
umum maupun untuk golongannya masing-masing. Belum lagi sifat serakah manusia
yang bisa menginjak-injak kepentingan orang banyak demi kepentingan pribadi
selalu ada dalam masyarakat. Kepentingan skala besar yang menyangkut hajat
hidup orang banyak harus selalu kembali berpihak ada kepentingan umum, maka
dari itu pendeteksian, pencegahan, dan penindakan terhadap melencengnya
keputusan terhadap kepentingan umum harus dilakukan. Mahasiswa oleh hakekatnya
secara tidak langsung mengambil peran dalam keberpihakan terhadap kepentingan
umum tersebut. Mahasiswa masih bersih dari kepentingan pribadi seperti proyek
pekerjaan, posisi/jabatan, serta yang berbagai macam hal yang bersifat
materiil. Dan jangan sampai kepentingan-kepentingan pribadi memasuki bahkan
merusak pergerakan mahasiswa itu sendiri. Bukankah Seorang yang terpelajar
sudah harus adil dalam pikirannya, apalagi dalam tindakannya, kata Jean Marais
kepada Minke.
4.
Bebas
Salah
Sebagai
golongan yang masih dalam masa proses belajar serta dalam ruang lingkup
perguruan tinggi (laboratorium kehidupan), mahasiswa memiliki keuntungan lain.
Karena statusnya yang masih dalam masa pembelajaran kesalahan-kesalahan yang
terjadi masih memiliki pemakluman terhadapnya. Bahkan ada suatu idiom yang
menyebutkan bahwa masa belajar adalah masa yang bebas bahkan dianjurkan untuk
berbuat salah, sebelum terjun ke dalam kehidupan yang sebenarnya.
Kelebihan
serta kemampuan yang dimiliki golongan muda yang terpelajar di atas menyebabkan
mahasiswa memiliki tanggung jawab secara moral untuk turut serta dalam
pembangunan bangsanya. Pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa harus
senantiasa dalam ruang lingkup umum dan kembali kepada masyarakat sebagai
konstituennya. Jangan sampai masyarakat sendiri bingung akan keberpihakan
pergerakan pemuda terpelajar masa kini. Penyambung lidah rakyat terhadap
pemerintah masih mahasiswa, bukan?
Harus Seperti Apa?
Pergerakan
mahasiswa Pasca-Reformasi haruslah tetap berjalan. Sebagai salah satu golongan
yang selalu diperhitungkan langkahnya, perubahan-perubahan yang diberikan oleh
golongan muda terpelajar ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas. Desakan
sejarah yang selalu menempatkan pemuda dalam posisi penting yang turut andil
melakukan perbaikan menjadi motivasi tersendiri dalam pergerakan mahasiswa.
Lantas langkah macam apa yang harus dilakukan untuk tetap menjaga keterikatan
kita terhadap masyarakat dan tetap menjaga nafas gerakan pemuda menuju
kesejahteraan bersama?
1.
Kembali
ke Masyarakat
Gelar
‘Penyambung Lidah Rakyat’ sesungguhnya menjadi beban tersendiri kepada
mahasiswa dalam menjalankan kegiatannya. Seakan-akan semua problematika yang
terjadi pada masyarakat haruslah selalu disuarakan oleh para golongan muda
terpelajar ini kepada pemerintah yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda
kepemerintahan. Mau tidak mau masyarakat sudah menjadi konstituen mahasiswa
dalam menjalankan pergerakannya, segala tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa
haruslah berpihak kepada masyarakat. Lantas, bagaimana jika masyarakat sendiri
sudah tidak percaya kepada ‘Penyambung Lidah’nya?
Sudah
menjadi kewajiban mahasiswa untuk dapat peka terhadap apa yang dipermasalahkan
oleh masyarakat luas. Kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa mutlak dibutuhkan
untuk memberikan pegangan serta motivasi dalam melakukan pergerakan itu
sendiri. Keputusan-keputusan yang diambil oleh mahasiswa haruslah sejalan
dengan pikiran dan keuntungan bagi kepentingan umum. Jauhkan kepentingan
‘elit-elit’ yang mementingkan pribadi maupun golongannya. Jangan sampai
mahasiswa hanya dijadikan alat untuk memerlancar perkerjaan ‘elit-elit’
tersebut dan lupa pada hakekatnya sebagai ‘Penyambung Lidah Rakyat’.
2.
Peduli
dan Peka Terhadap Sekitar
Kejadian-kejadian
yang terjadi dalam kehidupan bernegara sangatlah beragam. Apalagi pada masa
kini semakin cepat dan mudah dalam memeroleh informasi akibat kemajuan
teknologi. Segala informasi dapat bertubi-tubi muncul pada media populer untuk
membentuk opini pada masyarakat. Terkadang mahasiswa pun ikut secara reaksioner
terbawa pada informasi-informasi yang belum tentu benar sumber dan
kejelasannya. Maka dari itu diperlukan kepekaan terhadap kejadian yang terjadi
di dalam masyarakat.
Kepedulian
pemuda khususnya mahasiswa terhadap masyarakat haruslah terbentuk agar tanggung
jawab yang secara tidak langsung terlimpah kepada golongan ini dapat terlaksana
sebaik-baiknya. Gaya hidup Individualisme yang terbentuk oleh liberalisasi
kehidupan yang mulai menjamah keseharian anak muda masa kini haruslah bisa
dibendung. Kebersamaan dan sifat gotong royong yang terkenal menjadi gaya
masyarakat Indonesia harus tetap dijaga dan diterapkan pada kehidupan
bermasyarakat. Gaya tolong-menolong lah yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia
sejak zaman dulu. Persatuan pula lah yang membentuk kekuatan kita dulu ketika
bangsa lain datang menjajah Indonesia. Dan kepedulian yang menjadi modal awal
untuk melaksanakan semua itu.
3.
Berpikir
Jauh ke Depan
Terus
selalu diulang bahwa mahasiswa adalah segolongan kecil dari masyarakat luas
yang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan pada strata tertinggi. Maka dari
itu, secara tidak langsung mahasiswa secara umum dituntut oleh lingkungannya
untuk menjadi pemikir yang lebih depan dibandingkan yang lain. Berbagai sumber
ilmu dari beragam sumber juga didukung oleh kemajuan teknologi menyebabkan
perputaran pengetahuan di dunia sudah sangat mudah dan cepat. Bahkan
kejadian-kejadian yang diperkirakan dapat terjadi di kemudia hari dapat
‘diramalkan’ melalui kejadian-kejadian awal sebagai pemicu kejadian yang akan
datang. Mahasiswa yang memiliki akses lebih mudah dalam pengidentifikasian
kejadian tersebut haruslah juga bisa memerkirakan apa saja yang mungkin terjadi
jika terjadi beberapa kejadian pada masa kini. Gaya berpikir yang visioner
dibutuhkan oleh mahasiswa untuk bisa menghadirkan gerakan-gerakan yang secara
langsung maupun tidak berdampak positif dalam masyarakat.
4.
Terorganisasi
Semulia
apapun suatu kebaikan, pasti tetap akan kalah pada kejahatan yang tersusun
secara sistematis. Kata-kata tersebut menggambarkan kebutuhan akan
pengorganisasian terhadap suatu tujuan apapun, bisa untuk kebaikan maupun
keburukan. Kembali kepada sejarah ketika kekuatan Indonesia terpecah-terpecah
oleh sekat antar suku, daerah, bahkan budaya, selama itu pula bangsa asing
dapat kokoh bercokol di Indonesia. Secara taktis penjajah menyusun
strategi-strategi untuk melemahkan masyarakat pribumi Hindia dulu agar selalu
diikuti rasa takut dan segan ketika bertemu orang kulit putih. Pemerintahan
masa dulu juga sangat terorganisasi hingga pribumi Hindia tidak dapat
berkembang mengikuti perkembangan dunia saat itu. Rantai tersebut terus
berlangsung hingga kebijakan Politik Etis Belanda (Edukasi) sebagai bentuk
balas budi terhadap Hindia Belanda diterapkan. Pemuda-pemuda Hindia
disekolahkan secara eropa hingga dapat mulai berpikir modernisasi peradaban di
dunia. Bahwa dibutuhkan pengorganisasian yang dapat menghimpun
pergerakan-pergerakan pribumi dalam simpul-simpulnya. Maka pada saat itu
terbentuk lah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia di luar
negeri, dan organisasi-organisasi lain yang mulai sadar akan kebutuhan
berkumpul untuk bergerak dalam satu tujuan. Hingga pada puncaknya, Indonesia
dapat lahir dengan proklamasi yang terbentuk dari sejarah panjang
pengorganisasian pergerakan di Indonesia. Kegagalan pengorganisasian juga dapat
menggagalkan suatu pergerakan. Pemberontakan serentak oleh PKI contohnya, gagal
karena kurangnya koordinasi antar lini dan daerah yang menyebabkan gagalnya
pergerakan mereka.
Mahasiswa
dalam aktivitasnya membutuhkan wadah yang layak dan dapat bergerak sebagaimana
mestinya untuk mencapai tujuan bersama, membantu pemerintah menyejahterakan
rakyat Indonesia. Suatu sistem yang tersusun rapih dan jelas yang menyatukan
pergerakan dalam suatu organisasi dibutuhkan agar segala aktivitas yang
dilakukan dapat selaras dengan tujuannya. Cara-cara soliter dengan bergerak
secara individu sudah bukan zamannya lagi, semakin canggih dan baik strategi
serta taktik yang digunakan, akan membuat peluang menyukseskan pergerakan
semakin besar.
5.
Memanfaatkan
Teknologi
Globalisasi
sudah tidak dapat lagi terbendung arusnya. Sebagian besar wilayah dunia merasakan
dampaknya, baik kecil maupun besar. Seluruh dunia seakan telah tercampur dalam
satu wadah dikarenakan semakin mudahnya lalu lintas informasi yang terjadi.
Percampuran gaya hidup, budaya, teknologi semakin mudah. Seakan tidak ada
sekat-sekat batas pulau, Negara, bahkan Benua yang pada fisiknya terpisah oleh
laut. Hal ini menandakan bahwa bukan lagi zamannya kita menentang secara penuh
pengaruh globalisasi tersebut, malah sebaliknya kita memanfaatkannya untuk
melancarkan pergerakan mahasiswa sendiri. Kini informasi dapat tersebar dengan
sangat cepat dan mudah, hal ini bisa dimanfaatkan untuk menyebarluaskan
informasi-informasi yang berguna bagi pergerakan itu sendiri. Alat-alat yang
tercipta juga semakin beragam dan seharusnya bisa menambah kreativitas dalam
memergunakannya demi keperluan umum.
6.
Sesuai
Bidang Masing-Masing
Problematika
yang dihadapi oleh Negara sangatlah beragam. Dari berbagai sektor memiliki
masalahnya masing-masing yang memerlukan keahlian khusus dalam penyelesaiannya.
Bahkan satu masalah yang terjadi bisa melibatkan banyak aspek di dalamnya
seperti aspek sosial, ekonomi, politik, teknologi bahkan budaya yang harus
ditinjau dalam pemecahannya. Perguruan tinggi masa kini juga semakin beragam
penjurusannya. Pemecahan suatu bidang kedalam bagian yang lebih kecil akan
membuat pemusatan penyelesaian masalah pada bidang tersebut lebih detail. Satu
masalah dapat ditinjau dari aspek-aspek yang dikuasai dalam berbagai jurusan
dalam perguruan tinggi. Dengan hal ini, maka semakin baik pula penyelesaian
masalah tersebut ketika semua aspek tersebut mencapai satu cara penyelesaian
yang sama.
7.
Kemanusiaan
Isu
kemanusiaan menjadi salah satu trend yang selalu menjadi acuan dalam menentukan
keputusan pada masa kini. Hak Asasi Manusia selalu menjadi pertimbangan yang
memunculkan perdebatan di dalamnya, bisa dalam bentuk yang positif maupun dalam
bentuk yang negatif. Perbenturan antara budaya, adat, agama, bahkan hukum yang
telah berlaku terhadap asas kemanusiaan ini menjadi halangan baru dalam
menentukan keputusan. Penggunaan alasan kemanusiaan bisa menjadi hal yang
positif terhadap penegakkan kebenaran dan juga dapat menjadi hal yang negatif
karena hanya sebagai alasan pembenaran suatu kejadian serta pembelaan kepada
seseorang agar keputusan yang kelak diambil dalam penindakannya menjadi lebih
ringan karena asas kemanusiaan. Mahasiswa kini juga dituntut untuk peka
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Humanitas menjadi suatu
yang wajib dipertimbangkan ketika memutuskan untuk bergerak dalam menyikapi
ataupun menyelesaikan suatu masalah. Pengangkatan isu kemanusiaan juga layak
untuk selalu disorot, agar penyelewengan terhadap asas tersebut tidak
dipermainkan hanya karena jabatan atau bahkan urusan materi semata. Perlawanan
terhadap penyelewengan ini menjadi wajib hukumnya bagi para kaum terpelajar
yang lebih mengerti mana manusia dan mana hewan.
8.
Terbebas
dari Elit
Kekuatan
pemuda khususnya mahasiswa dalam sistem kenegaraan bukanlah suatu hal yang
dapat dianggap remeh. Sejarah lagi-lagi menuliskan bahwa kekuatan pemuda-pemuda
terpelajar dapat membangun suatu Negara dan juga dapat meruntuhkan suatu
kekuasaan. Hal ini menjadi kekuatan tersendiri dari golongan muda terpelajar.
Namun yang patut diwaspadai dan dikhawatirkan saat ini adalah ketika kekuatan
yang begitu besar ini dimanfaatkan oleh golongan-golongan elit yang
mengedepankan kepentingan pribadi atau golongannya. Mahasiswapun dapat digoda
dengan iming-iming keduniawian dan melupakan kepentingan umum serta rasa
humanitas. Maka sudah mutlak mahasiswa harus berdiri sebagai golongan
independen sendiri yang terbebas dari golongan elit yang memiliki
kepentingan-kepentingannya masing-masing.
9.
Tidak
Eksklusif
Sebagai
golongan yang dengan nikmatnya memiliki kesempatan dalam mengenyam pendidikan, mahasiswa
seakan di’Dewa’ kan karena memiliki embel-embel Maha- di depan namanya. Bahkan
seakan mahasiswa menjadi golongan baru yang berada di atas masyarakat pada
umumnya karena memiliki daya pikir yang pada umumnya lebih dari pada
masyarakat. Dengan begitu muncul sifat eksklusif pada mahasiswa yang kelak
justru memisahkan dirinya dari masyarakat. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan julukan ‘Penyambung Lidah Rakyat’ serta pembawa suara rakyat yang
disandingkan pada mahasiswa. Rakyat yang secara tidak langsung menjadi
konstituen mahasiswa seakan dikesampingkan hanya karena rasa eksklusif
tersebut. Maka pengeksklusifan mahasiswa dari masyarakat seharusnya dihilangkan
atau jika memang terjadi tidak menjadi hal yang malah menjauhkan mahasiswa dari
masyarakat sebagai konstituennya.
10. Pengawalan Terhadap Kebijakan
Dengan
menggunakan sistem trias politica
kebijakan-kebijakan yang keluar akan melalui serangkaian proses sehingga
melahirkan sebuah peraturan yang mengatur hajat hidup orang banyak. Dalam
sistem kepartaian pula maka kebijakan-kebijakan tersebut akan melewati
sekumpulan orang-orang yang tergabung dalam partai-partai yang memiliki
ideologi, visi, serta misinya masing-masing. Tanpa berburuk sangka terhadap
orang yang tergabung dalam partai, pengawalan terhadap kebijakan harus selalu
dilakukan agar tidak terjadi pembelokan kepentingan yang hanya menguntungkan
sebagian kecil dari masyarakat umum. Mahasiswa di sini memiliki peran penting
dalam pengawalannya, dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang berguna
sebagai penimbang dan penyaring segala keputusan yang turun untuk mengatur
masyarakat sebagai objeknya.
11. Kreatif
Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa gaya pergerakan corak lama sudah mulai tidak
dilirik oleh orang banyak. Penarikan simpul-simpul masa harus mengalami
perubahan gaya baru untuk menarik minat masyarakat dalam pergerakan yang
sebenarnya kembali kepada masyarakat itu sendiri. Pemanfaatan trend yang sedang
banyak dibicarakan, pendekatan secara budaya, penggunaan sarana yang menarik
dapat menjadi jalan baru oleh mahasiswa dalam melakukan pergerakannya. Selama
pesan serta makna yang diharapkan tersampaikan dengan baik dan jelas, mahasiswa
tidak harus selalu melakukan sama persis seperti yang dilakukan pendahulunya
ketika romantika pergerakan pemuda sedang digandrungi dan menjadi pembicaraan
hingga kini. Bukan tidak mungkin cara baru dalam pergerakan kini akan abadi dan
menjadi sejarah tersendiri di kemudian hari.
Kembali
kepada hakekatnya sebagai ujung tombak rakyat dalam membela kepentingan umum
menjadi tugas mahasiswa masa kini. Gelar “Penyambung Lidah Rakyat” haruslah
terjalankan sebagaimana nama yang disandangkannya. Kehidupan pergerakan
mahasiswa untuk membela kepentingan umum harus selalu didengungkan dan dijaga
keberlangsungannya. Sifat Eksklusif yang bisa saja melekat pada diri mahasiswa
harus segera dihilangkan agar aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa menjadi
representatif murni sebagaimana apa yang diharapkan oleh masyarakat. Cara-cara
baru yang memikat dan membuat masyarakat tertarik terhadap pergerakan mahasiswa
itu sendiri harus tetap diperbaharui agar tidak terjadi kejemuan dalam
pergerakan itu sendiri, juga masyarakat yang semakin tinggi derajatnya menjadi
lebih tertarik dan mendukung segala aktivitas mahasiswa.
Regenerasi Pergerakan
Tahun
silih berganti, generasi mengikuti tiada henti. Peranjakan umur yang tak bisa
dibendung menyebabkan dibutuhkannya suatu jalur khusus yang disediakan untuk
golongan muda terpelajar ini. Agar nafas pergerakan yang selalu lekat dengan
dunia pemuda selalu berlanjut pada setiap generasi yang selalu bergantian
mengisi pos pergerakan. Penguatan idealisme, kedekatan terhadap masyarakat,
semangat pergerakan, pasukan yang militan, dan organisasi yang kuat menjadi
modal dalam sebuah pergerakan kemasyarakatan. Mahasiswa yang dibatasi oleh 4-5
tahun dalam perjalanan pendidikannya harus selalu terisi dengan manusia-manusia
yang berpikir, dan bercita-cita yang tinggi dalam mendekatkan diri kepada
masyarakat. Regenerasipun harus dilakukan untuk menjaga pergerakan tetap
berjalan dan selalu dalam trek yang benar.
Mengutip dari kata-kata Soekarno
tentang apa saja yang dibutuhkan dalam revolusi, yaitu idealisme yang kuat,
rakyat yang revolusioner, dan pemimpin besar revolusi. Ketiga syarat tersebut
harus dipenuhi agar perjalanan revolusi dapat selesai dengan baik. Begitupun
mahasiswa, harus memiliki keyakinan yang dipegang dengan teguh, orang-orang
yang militan, dan juga pemimpin yang memiliki pemikiran yang visioner untuk
kebaikan. Maka dari itu, regenerasi pergerakan yang sangat menentukan
keberlangsungannya dalam mengisi pos-pos yang senantiasa ditinggalkan oleh
pendahulunya karena tuntutan tahun yang selalu bergulir.
Calon Pejabat
Bangsa
Mahasiswa yang senantiasa
bergerak dalam hal ikut membantu pemerintah menyejahterakan rakyat Indonesia
selalu menjadi pengisi tempat-tempat strategis ketika ia sudah dianggap matang
untuk menjalankan roda kepemerintahan. Secara tidak langsung ini menjadi sarana
regenerasi pemimpin-pemimpin bangsa yang perlahan-lahan terbentuk dari masa belajarnya
di laboratorium kehidupan. Sedikit demi sedikit mental dan pola pikir mahasiswa
yang konsisten terhadap pergerakan akan terbentuk, yang diharapkan pada
kemudian hari dapat menggantikan pejabat-pejabat bangsa untuk menjalankan mesin
kenegaraan. Penanaman dasar-dasar dan pemumupukan nilai-nilai positif semenjak
masih duduk di bangku perguruan tinggi menjadi modal penting untuk di hari
depan dapat membantu bergerak dalam dunia pemerintah. Maka dari itu, mahasiswa
menjadi salah satu golongan yang diharapkan oleh bangsa agar kelak nantinya
dapat menjalankan roda kenegaraan dengan baik dan benar sesuai cita-cita
Indonesia dalam bernegara.
Penutup
Pemuda khususnya mahasiswa
sebagai golongan yang dianggap terpelajar oleh masyarakat luas memiliki
tanggung jawab tersendiri terhadap bangsanya. Kesempatan yang diberikan kepada
mahasiswa bukanlah hal yang hanya untuk dinikmati oleh diri pribadi, tetapi
justru harus kembali kepada bangsanya yang ikut membantuk mahasiswa dalam
perjalanan belajarnya. Berbagai sejarah dari berbagai generasi telah
menceritakan romantika pergerakan mahasiswa di Indonesia sendiri, bahkan di
luar Indonesia pada umumnya. Hal-hal yang menyebabkan mahasiswa harus menjadi
salah satu penggerak roda kepemerintahan menjadi beban tersendiri kepada
mahasiswa dalam perjalanannya menuntut ilmu di laboratorium kehidupan. Pergerakan
yang mengikuti perkembangan zaman juga tidak boleh dilupakan.
Sumber
:
1. Toer, Prameodya A. 1980. Bumi
Manusia
2. Malaka, Tan. 1926. Aksi Massa
3. Wikipedia.com/Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia
0 komentar