Masyarakat Terpelajar

Mahasiswa, keterbagian dari suatu entitas yang dinamakan siswa yang di-Maha-kan. Satu sifat Tuhan yang diembel-embelkan di depan kata yang ...

Mahasiswa, keterbagian dari suatu entitas yang dinamakan siswa yang di-Maha-kan. Satu sifat Tuhan yang diembel-embelkan di depan kata yang mencirikan seseorang yang mendapat kesempatan untuk dapat mengenyam nikmatnya pendidikan. Pemuda, masa peralihan dari seorang manusia dimana terasa perubahan dari yang masih ketergantungan akan orang yang mengikatnya perlahan menjadi bebas untuk dapat menjalankan kewajiban serta mendapat haknya sebelum sepenuhnya bebas dari keterikatan pengampunya. Pemuda khususnya Mahasiswa sebagai manusia dengan intelektual tinggi, seperti yang banyak diharapkan orang, berkewajiban turut serta dalam pertumbuhan dan perkembangan bangsanya. Ditilik dalam sejarah perkembangan di dunia segala pergerakan menuju pembaharuan suatu peradaban, selalu ada peran pemuda di dalamnya, khususnya yang berpendidikan. Ali bin Abi Thalib dalam masa perkembangan awal agama islam, Baden Powell dengan Boy Scouts-nya, dan banyak peristiwa lain yang melibatkan pemuda dalam pergolakannya. Mahasiswa yang berada perguruan tinggi sering disandingkan dan disamakan dengan laboratorium kehidupan. Segala macam proses belajar, bersosialisasi, berorganisasi, bermasyarakat, dan ber- ber- yang lain bisa diaplikasikan dan dilakukan di laboratorium ini tanpa harus dirasuki rasa takut. Keterjaminan dalam Laboratorium ini membuat para mahasiswa bebas bereksperimen untuk bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat kelak, selama masih dalam ruang lingkup yang bertanggung jawab.
Pergerakan diartikan sebagai kegiatan yang membawa perubahan dalam suatu lingkupnya masing-masing. Pergerakan sendiri berada dalam ranah multidimensi yang cakupannya sangat luas, tergantung dimana seseorang atau sekelompok orang ingin bergerak. Dalam ranah kemasyarakatan, keilmiahan, politik, budaya, sosial, dan lainnya. Pemuda, yang khususnya mahasiswa, juga memiliki ranah pergerakan yang cukup luas. Sebagai manusia yang berkesempatan mengecap strata tertinggi dalam pendidikan, mahasiswa dipercaya oleh masyarakat sebagai segolongan orang yang dapar berpikir lebih dalam menghadapi suatu persoalan. Dengan didukung lingkungan yang memadai serta fasilitas dalam mengolah suatu masalah, mahasiswa memiliki daya dukung yang cukup dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam masyarakat. Sudah seharusnya mahasiswa menjadi jembatan rakyat dalam hubungannya terhadap pemerintah. Akses-akses yang dimiliki mahasiswa serta dukungan dari sejarah yang selalu melibatkan mahasiswa di dalamnya menjadi kelebihan tersendiri yang dimiliki mahasiswa sebagai jembatan penghubung rakyat dan pemerintah. Pertanyaannya, apakah jembatan tersebut masih terbangun dan dijalankan dengan baik.
Sejarah Indonesia selalu diwarnai oleh gerak-gerik pemudanya yang selalu menimbulkan cerita tersendiri. Peristiwa Rengasdengklok, Malari, Reformasi, menjadi sedikit dari banyak cerita yang terlahir atas peran pemuda di dalamnya. Kekuatan besar dari para pemuda sudah terbukti dari rentetan peristiwa yang terjadi. Mulai dari pembentukan suatu Negara hingga peruntuhan suatu rezim kekuasaan, pemuda selalu memegang peranan penting di dalamnya. Tak ayal, seringkali banyak terjadi perbedaan pendapat antara golongan muda yang masih menggelora jiwanya dibanding golongan tua yang lebih dewasa dan sabar dalam gerakannya. Perbedaan sifat yang terjadi dari dua golongan ini menjadi warna tersendiri dalam sebuah pergerakan. Keduanya saling melengkapi dalam keberlangsungannya.
Corak Pergerakan Mahasiswa Indonesia
Dalam berbagai zaman serta generasi, pergerakan mahasiswa  Indonesia memiliki coraknya masing-masing. Zaman pra-kemerdekaan, pergerakan masih terpusat kepada golongan-golongan pemuda yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi hasil politik etis Belanda. Semakin mendekati tahun kemerdekaan ditandai dengan semakin banyaknya anak bangsa yang berkesempatan mengenyam nikmatnya ilmu pengetahuan. Ditambah lagi kesempatan yang diberikan untuk bisa bersekolah ke luar negeri, yang menyebabkan anak-anak bangsa tersadar akan kebutuhan bangsanya setelah membandingkan dengan Negara yang mereka singgahi. Kebiasaan berhimpun juga mulai mereka lakukan untuk mengorganisasi pergerakan mereka agar lebih rapih dan sistematis. Jong Java, Kelompok Studi Indonesia, Perhimpunan Indonesia, menjadi beberapa contoh perhimpunan-perhimpunan yang terbentuk karena kesadaran para pemudanya akan kebutuhan berorganisasi. Setelah proklamasi, kesempatan untuk bersekolah semakin luas. Dengan kesempatan yang semakin terbuka, pemuda Indonesia bisa berpikir lebih bebas untuk mendeteksi masalah-masalah yang terjadi terhadap  bangsanya. Pergerakan pada masa ini juga cukup besar pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia. Mahasiswa mulai sadar dan membentuk aliansi-aliansi sendiri. Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), menjadi contoh aliansi yang dibentuk antar kelompok mahasiswa. Juga organisasi mahasiswa eksternal yang dibawahi partai politik sebagai underbow masing-masing partai, sebut saja CGMI underbow PKI, HMI underbow Masyumi, dan organisasi lain bentukan partai politik. Pada masa ini terkenal juga dengan angkatan ’66 yang menggulingkan kekuasaan orde lama dan membangun orde baru dengan Golongan Karyanya. Pada masa setelahnya yaitu masa orde baru, pergerakan pemuda kembali mendapat masalah yang serius berkaitan dengan kekuasaan orde baru pada saat itu. Berbagai macam gerakan dilancarkan untuk meruntuhkan kekuasaan pada masa itu, namun belum juga berhasil. Pada pihak lain, pemerintah juga melakukan berbagai macam perlawanan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan semacam NKK/BKK yang dapat meredam pergolakan yang terjadi di perguruan tinggi. Reformasi-pun pecah dengan pada tahun 1998 dengan didudukinya gedung DPR oleh persatuan mahasiswa dan lascar rakyat. Pada zaman ini, mahasiswa dan rakyat bercampur menjadi satu karena memiliki permasalahan yang sama. Pasca-Reformasi gerakan mahasiswa masih ada namun dampaknya belum terasa menyeluruh. Mungkin masih terjebak dalam romantika gerakan angkatan ’66 dan angkatan ’98 yang begitu gemilang meruntuhkan penguasa pada masa itu. Tantangannya sekarang adalah bagaimana cara agar gerakan mahasiswa tetap hidup dan tetap berpihak pada rakyat Indonesia. Tentunya dengan mengikuti perkembangan zaman dan tetap berpegang pada kebenaran.
Reaksioner
Keterbukaan informasi pada masa ini sangatlah besar. Peristiwa di ujung barat Indonesia dapat dengan mudah diketahui di seluruh penjuru Indonesia melalui barang yang dihasilkan oleh proses kemajuan peradaban. Berita yang tersebar mulai dari hal yang paling menggemparkan dan berpengaruh hingga berita ringan untuk segolongan kecil orang dapat dengan mudah diakses dimanapun dan kapanpun dengan ketersediaan teknologi. Arus informasi yang sangat kuat seakan menuntut setiap orang untuk dapat menyesuaikan atau paling tidak bisa ikut mengalir agar tidak mengalami ketertinggalan dalam pengetahuannya. Segala ilmu, informasi, peristiwa, dan lainnya dengan mudah dan cepat merambah ke segala penjuru dunia. Tak ayal, media populer pada masa kini menjadi salah satu hal yang penting dalam melakukan kegiatan, termasuk pergerakan oleh pemuda.
Semakin mudah informasi dapat diraih oleh semua orang, semakin terbuka peluang bagi seseorang untuk dapat membentuk opini masyarakat sesuai kehendak sendiri. Pemegang kekuasaan media kini bisa dengan mudah memutar balikan asumsi publik terhadap suatu peristiwa yang ada. Apalagi jika media tersebut dipeluk oleh kepentingan-kepentingan pribadi atau suatu golongan. Kesadaran dan sikap bijak dari masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam menghadapi informasi yang terus mengalir di media. Tingkat intelejensi dan kesadaran umum sangatlah diperlukan agar dapat memilah mana informasi yang layak dipercaya dan mana informasi yang kurang layak untuk diikuti.
Pergerakan pemuda khususnya mahasiswa seharusnya selalu berkaitan langsung dengan persoalan pokok yang terjadi di masyarakat. Kegelisahan, kegusaran, bahkan kepanikan masyarakat seharusnya bisa dideteksi secepat mungkin oleh mahasiswa. Agar dapat diredam dan didiskusikan untuk menemukan solusi yang dapat diambil sesuai dengan bidang yang mahasiswa pelajari. Sebagai pengenyam strata pendidikan tertinggi, mahasiswa menjadi ujung tombak masyarakat untuk membahas permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Arus Informasi media populer bukan tidak mungkin menjadi salah satu tolok ukur untuk mendeteksi apa saja permasalahan yang terjadi di masyarakat. Perbincangan yang terjadi di dalam masyarakat tidak akan lepas dari informasi-informasi yang tersedia dalam media populer. Mahasiswa seharusnya tidak boleh luput dari informasi yang sedang menjadi tren dalam masyarakat, agar kegelisahan yang terjadi di dalam masyarakat dapat sedikit dikurangi. Pertanyaannya sejauh mana informasi dari media populer dapat diikuti dan dikawal. Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya media-media populer memiliki pegangan kekuasaan orang yang berkepentingan, baik itu kepentingan untuk umum maupun pribadi. Penyaringan informasi terhadap media populer harus dilakukan dengan pendekatan keilmuan. Informasi yang tersedia kepada masyarakat pada sebuah bidang harus juga diikuti dengan pendekatan keilmuan dalam bidang tersebut. Maka dari itu, peran mahasiswa sebagai golongan terpelajar untuk memilih, memilah, dan menyaring serta meluruskan informasi yang ada kepada masyarakat bila sekiranya itu sudah lewat atau melenceng dari rasionalisasi keilmuan. Jangan juga mahasiswa terlalu reaksioner terhadap suatu informasi yang dibawa oleh media populer, karena pada akhirnya nanti bisa ikut juga terkecoh oleh kepentingan yang mungkin ada di dalamnya. Informasi populer yang sedang hangat dibicarakan masyarakat sebenarnya juga bisa menjadi saran meningkatkan eksistensi mahasiswa dalam masyarakat umum. Hal-hal yang sering dibicarakan masyarakat bila dapat dibahas dengan jelas pada ranah mahasiswa bisa meningkatkan posisi mahasiswa dalam pikiran masyarakat umum. Tentu ini menjadi hal yang positif dalam pergerakan mahasiswa sendiri, karena pada hakikatnya mahasiswa bergerak untuk kesejahteraan umum. Bila saja masyarakat sebagai konstituen yang diakui oleh mahasiswa tidak mendukung pergerakan mahasiswa, akan terasa percuma peluh keringat yang keluar bila orang-orang yang “diwakilkan” tersebut bahkan menolak untuk “terwakilkan”. Bukannya suara mahasiswa itu suara RAKYAT?
Kok Mahasiswa?
Indonesia yang menganut system trias politica memiliki 3 badan utama yang mengatur jalannya sebuah Negara (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif). Sistem kepartaian juga diterapkan Indonesia dalam menjalankan sistem kenegaraannya. Masing-masing partai memiliki ideologi, visi, misi tersendiri yang berlatar belakang berbeda-beda. Kepentingan-kepentingan yang dibawa oleh masing-masing partai yang berdiri di Indonesia bertujuan untuk memajukan Negara Indonesia sendiri. Namun, tak boleh diabaikan juga dan harus tetap diwaspadai terhadap orang-orang yang menaruh kepentingan pribadi atau golongannya sendiri dalam menjalankan roda kepemerintahannya. Pengawalan dan pengawasan terhadap kegiatan yang melenceng dari tujuan utama bernegara harus selalu dilakukan, untuk mencegah bahkan mengantisipasi penggunaan sistem kenegaraan dalam memenuhi kepentingan pribadi atau golongan sendiri.
Menempati puncak strata tertinggi dalam pendidikan, mahasiswa secara tidak langsung menjadi salah satu tumpuan masyarakat dalam mengawal dan mengawasi jalannya kepemerintahan. Sesuai bidangnya masing-masing, mahasiswa dapat mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dengan pendekatan keilmuan masing-masing. Dari segi ekonomi, politik, teknis, bahkan budaya, mahasiswa bisa membandingkan serta menimbang kebermanfaatan yang ada jika suatu keputusan diturunkan dari pemerintah. Mahasiswa juga diharapkan dapat mendeteksi berbagai macam kecurangan yang mungkin dapat terjadi ketika pengambilan keputusan telah terjadi. Lantas, mengapa harus mahasiswa yang menjalani ini semua selain karena mereka telah dengan nyaman berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
1.      Bebas
Mahasiswa yang seharusnya belum dikuasai oleh kepentingan-kepentingan golongan (khususnya perpolitikan), memiliki kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan berorganisasi selama masih dalam ruang lingkup bertanggung jawab. Kebebasan terhadap kepentingan suatu pribadi atau golongan inilah yang membuat mahasiswa dapat berpikir lebih jernih dan bahkan radikal dalam menghadapi masalah yang bersangkutan dengan bidang masing-masing. Tanpa adanya keterikatan kepentingan dan golongan, mahasiswa seharusnya selalu berpihak pada kepentingan umum yang secara tidak langsung menjadi konstituennya.

2.    Berani
Golongan muda/Pemuda terkenal dengan sifat pantang mundur dan konsisten dalam pergerakannya (bahkan cenderung ngotot saat keputusannya tidak diamini oleh golongan tua). Berbagai catatan sejarah telah menuliskan bahwa golongan muda selalu hadir sebagai pembawa perubahan di dalam situasi yang terikat. Masa Pra-Kemerdekaan, Orde Lama, serta Orde Baru menjadi rentetan peristiwa yang tidak mungkin dilupakan oleh Golongan Muda Indonesia. Keterikatan dan pengekangan malah menjadi suatu dorongan untuk melepaskan diri darinya. Apalagi terhadap golongan yang telah terpelajar dan memahami arti kebebasan (yang masih bertanggung jawab). Berani, menjadi modal pemuda dalam menghadapi kecurangan yang terjadi dalam berjalannya kehidupan bermasyarakat.

3.      Tanpa Kepentingan
Perbedaan ideologi, visi, serta misi organisasi yang berjalan dalam kepemerintahan tentunya menumbuhkan berbagai kepentingan yang beragam pula, baik itu untuk umum maupun untuk golongannya masing-masing. Belum lagi sifat serakah manusia yang bisa menginjak-injak kepentingan orang banyak demi kepentingan pribadi selalu ada dalam masyarakat. Kepentingan skala besar yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus selalu kembali berpihak ada kepentingan umum, maka dari itu pendeteksian, pencegahan, dan penindakan terhadap melencengnya keputusan terhadap kepentingan umum harus dilakukan. Mahasiswa oleh hakekatnya secara tidak langsung mengambil peran dalam keberpihakan terhadap kepentingan umum tersebut. Mahasiswa masih bersih dari kepentingan pribadi seperti proyek pekerjaan, posisi/jabatan, serta yang berbagai macam hal yang bersifat materiil. Dan jangan sampai kepentingan-kepentingan pribadi memasuki bahkan merusak pergerakan mahasiswa itu sendiri. Bukankah Seorang yang terpelajar sudah harus adil dalam pikirannya, apalagi dalam tindakannya, kata Jean Marais kepada Minke.

4.      Bebas Salah
Sebagai golongan yang masih dalam masa proses belajar serta dalam ruang lingkup perguruan tinggi (laboratorium kehidupan), mahasiswa memiliki keuntungan lain. Karena statusnya yang masih dalam masa pembelajaran kesalahan-kesalahan yang terjadi masih memiliki pemakluman terhadapnya. Bahkan ada suatu idiom yang menyebutkan bahwa masa belajar adalah masa yang bebas bahkan dianjurkan untuk berbuat salah, sebelum terjun ke dalam kehidupan yang sebenarnya.

Kelebihan serta kemampuan yang dimiliki golongan muda yang terpelajar di atas menyebabkan mahasiswa memiliki tanggung jawab secara moral untuk turut serta dalam pembangunan bangsanya. Pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa harus senantiasa dalam ruang lingkup umum dan kembali kepada masyarakat sebagai konstituennya. Jangan sampai masyarakat sendiri bingung akan keberpihakan pergerakan pemuda terpelajar masa kini. Penyambung lidah rakyat terhadap pemerintah masih mahasiswa, bukan?

Harus Seperti Apa?

Pergerakan mahasiswa Pasca-Reformasi haruslah tetap berjalan. Sebagai salah satu golongan yang selalu diperhitungkan langkahnya, perubahan-perubahan yang diberikan oleh golongan muda terpelajar ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas. Desakan sejarah yang selalu menempatkan pemuda dalam posisi penting yang turut andil melakukan perbaikan menjadi motivasi tersendiri dalam pergerakan mahasiswa. Lantas langkah macam apa yang harus dilakukan untuk tetap menjaga keterikatan kita terhadap masyarakat dan tetap menjaga nafas gerakan pemuda menuju kesejahteraan bersama?

1.      Kembali ke Masyarakat
Gelar ‘Penyambung Lidah Rakyat’ sesungguhnya menjadi beban tersendiri kepada mahasiswa dalam menjalankan kegiatannya. Seakan-akan semua problematika yang terjadi pada masyarakat haruslah selalu disuarakan oleh para golongan muda terpelajar ini kepada pemerintah yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda kepemerintahan. Mau tidak mau masyarakat sudah menjadi konstituen mahasiswa dalam menjalankan pergerakannya, segala tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa haruslah berpihak kepada masyarakat. Lantas, bagaimana jika masyarakat sendiri sudah tidak percaya kepada ‘Penyambung Lidah’nya?
Sudah menjadi kewajiban mahasiswa untuk dapat peka terhadap apa yang dipermasalahkan oleh masyarakat luas. Kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa mutlak dibutuhkan untuk memberikan pegangan serta motivasi dalam melakukan pergerakan itu sendiri. Keputusan-keputusan yang diambil oleh mahasiswa haruslah sejalan dengan pikiran dan keuntungan bagi kepentingan umum. Jauhkan kepentingan ‘elit-elit’ yang mementingkan pribadi maupun golongannya. Jangan sampai mahasiswa hanya dijadikan alat untuk memerlancar perkerjaan ‘elit-elit’ tersebut dan lupa pada hakekatnya sebagai ‘Penyambung Lidah Rakyat’.

2.      Peduli dan Peka Terhadap Sekitar
Kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan bernegara sangatlah beragam. Apalagi pada masa kini semakin cepat dan mudah dalam memeroleh informasi akibat kemajuan teknologi. Segala informasi dapat bertubi-tubi muncul pada media populer untuk membentuk opini pada masyarakat. Terkadang mahasiswa pun ikut secara reaksioner terbawa pada informasi-informasi yang belum tentu benar sumber dan kejelasannya. Maka dari itu diperlukan kepekaan terhadap kejadian yang terjadi di dalam masyarakat.
Kepedulian pemuda khususnya mahasiswa terhadap masyarakat haruslah terbentuk agar tanggung jawab yang secara tidak langsung terlimpah kepada golongan ini dapat terlaksana sebaik-baiknya. Gaya hidup Individualisme yang terbentuk oleh liberalisasi kehidupan yang mulai menjamah keseharian anak muda masa kini haruslah bisa dibendung. Kebersamaan dan sifat gotong royong yang terkenal menjadi gaya masyarakat Indonesia harus tetap dijaga dan diterapkan pada kehidupan bermasyarakat. Gaya tolong-menolong lah yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Persatuan pula lah yang membentuk kekuatan kita dulu ketika bangsa lain datang menjajah Indonesia. Dan kepedulian yang menjadi modal awal untuk melaksanakan semua itu.

3.      Berpikir Jauh ke Depan
Terus selalu diulang bahwa mahasiswa adalah segolongan kecil dari masyarakat luas yang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan pada strata tertinggi. Maka dari itu, secara tidak langsung mahasiswa secara umum dituntut oleh lingkungannya untuk menjadi pemikir yang lebih depan dibandingkan yang lain. Berbagai sumber ilmu dari beragam sumber juga didukung oleh kemajuan teknologi menyebabkan perputaran pengetahuan di dunia sudah sangat mudah dan cepat. Bahkan kejadian-kejadian yang diperkirakan dapat terjadi di kemudia hari dapat ‘diramalkan’ melalui kejadian-kejadian awal sebagai pemicu kejadian yang akan datang. Mahasiswa yang memiliki akses lebih mudah dalam pengidentifikasian kejadian tersebut haruslah juga bisa memerkirakan apa saja yang mungkin terjadi jika terjadi beberapa kejadian pada masa kini. Gaya berpikir yang visioner dibutuhkan oleh mahasiswa untuk bisa menghadirkan gerakan-gerakan yang secara langsung maupun tidak berdampak positif dalam masyarakat.

4.      Terorganisasi
Semulia apapun suatu kebaikan, pasti tetap akan kalah pada kejahatan yang tersusun secara sistematis. Kata-kata tersebut menggambarkan kebutuhan akan pengorganisasian terhadap suatu tujuan apapun, bisa untuk kebaikan maupun keburukan. Kembali kepada sejarah ketika kekuatan Indonesia terpecah-terpecah oleh sekat antar suku, daerah, bahkan budaya, selama itu pula bangsa asing dapat kokoh bercokol di Indonesia. Secara taktis penjajah menyusun strategi-strategi untuk melemahkan masyarakat pribumi Hindia dulu agar selalu diikuti rasa takut dan segan ketika bertemu orang kulit putih. Pemerintahan masa dulu juga sangat terorganisasi hingga pribumi Hindia tidak dapat berkembang mengikuti perkembangan dunia saat itu. Rantai tersebut terus berlangsung hingga kebijakan Politik Etis Belanda (Edukasi) sebagai bentuk balas budi terhadap Hindia Belanda diterapkan. Pemuda-pemuda Hindia disekolahkan secara eropa hingga dapat mulai berpikir modernisasi peradaban di dunia. Bahwa dibutuhkan pengorganisasian yang dapat menghimpun pergerakan-pergerakan pribumi dalam simpul-simpulnya. Maka pada saat itu terbentuk lah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia di luar negeri, dan organisasi-organisasi lain yang mulai sadar akan kebutuhan berkumpul untuk bergerak dalam satu tujuan. Hingga pada puncaknya, Indonesia dapat lahir dengan proklamasi yang terbentuk dari sejarah panjang pengorganisasian pergerakan di Indonesia. Kegagalan pengorganisasian juga dapat menggagalkan suatu pergerakan. Pemberontakan serentak oleh PKI contohnya, gagal karena kurangnya koordinasi antar lini dan daerah yang menyebabkan gagalnya pergerakan mereka.
Mahasiswa dalam aktivitasnya membutuhkan wadah yang layak dan dapat bergerak sebagaimana mestinya untuk mencapai tujuan bersama, membantu pemerintah menyejahterakan rakyat Indonesia. Suatu sistem yang tersusun rapih dan jelas yang menyatukan pergerakan dalam suatu organisasi dibutuhkan agar segala aktivitas yang dilakukan dapat selaras dengan tujuannya. Cara-cara soliter dengan bergerak secara individu sudah bukan zamannya lagi, semakin canggih dan baik strategi serta taktik yang digunakan, akan membuat peluang menyukseskan pergerakan semakin besar.

5.      Memanfaatkan Teknologi
Globalisasi sudah tidak dapat lagi terbendung arusnya. Sebagian besar wilayah dunia merasakan dampaknya, baik kecil maupun besar. Seluruh dunia seakan telah tercampur dalam satu wadah dikarenakan semakin mudahnya lalu lintas informasi yang terjadi. Percampuran gaya hidup, budaya, teknologi semakin mudah. Seakan tidak ada sekat-sekat batas pulau, Negara, bahkan Benua yang pada fisiknya terpisah oleh laut. Hal ini menandakan bahwa bukan lagi zamannya kita menentang secara penuh pengaruh globalisasi tersebut, malah sebaliknya kita memanfaatkannya untuk melancarkan pergerakan mahasiswa sendiri. Kini informasi dapat tersebar dengan sangat cepat dan mudah, hal ini bisa dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi-informasi yang berguna bagi pergerakan itu sendiri. Alat-alat yang tercipta juga semakin beragam dan seharusnya bisa menambah kreativitas dalam memergunakannya demi keperluan umum.

6.      Sesuai Bidang Masing-Masing
Problematika yang dihadapi oleh Negara sangatlah beragam. Dari berbagai sektor memiliki masalahnya masing-masing yang memerlukan keahlian khusus dalam penyelesaiannya. Bahkan satu masalah yang terjadi bisa melibatkan banyak aspek di dalamnya seperti aspek sosial, ekonomi, politik, teknologi bahkan budaya yang harus ditinjau dalam pemecahannya. Perguruan tinggi masa kini juga semakin beragam penjurusannya. Pemecahan suatu bidang kedalam bagian yang lebih kecil akan membuat pemusatan penyelesaian masalah pada bidang tersebut lebih detail. Satu masalah dapat ditinjau dari aspek-aspek yang dikuasai dalam berbagai jurusan dalam perguruan tinggi. Dengan hal ini, maka semakin baik pula penyelesaian masalah tersebut ketika semua aspek tersebut mencapai satu cara penyelesaian yang sama.

7.      Kemanusiaan
Isu kemanusiaan menjadi salah satu trend yang selalu menjadi acuan dalam menentukan keputusan pada masa kini. Hak Asasi Manusia selalu menjadi pertimbangan yang memunculkan perdebatan di dalamnya, bisa dalam bentuk yang positif maupun dalam bentuk yang negatif. Perbenturan antara budaya, adat, agama, bahkan hukum yang telah berlaku terhadap asas kemanusiaan ini menjadi halangan baru dalam menentukan keputusan. Penggunaan alasan kemanusiaan bisa menjadi hal yang positif terhadap penegakkan kebenaran dan juga dapat menjadi hal yang negatif karena hanya sebagai alasan pembenaran suatu kejadian serta pembelaan kepada seseorang agar keputusan yang kelak diambil dalam penindakannya menjadi lebih ringan karena asas kemanusiaan. Mahasiswa kini juga dituntut untuk peka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Humanitas menjadi suatu yang wajib dipertimbangkan ketika memutuskan untuk bergerak dalam menyikapi ataupun menyelesaikan suatu masalah. Pengangkatan isu kemanusiaan juga layak untuk selalu disorot, agar penyelewengan terhadap asas tersebut tidak dipermainkan hanya karena jabatan atau bahkan urusan materi semata. Perlawanan terhadap penyelewengan ini menjadi wajib hukumnya bagi para kaum terpelajar yang lebih mengerti mana manusia dan mana hewan.

8.      Terbebas dari Elit
Kekuatan pemuda khususnya mahasiswa dalam sistem kenegaraan bukanlah suatu hal yang dapat dianggap remeh. Sejarah lagi-lagi menuliskan bahwa kekuatan pemuda-pemuda terpelajar dapat membangun suatu Negara dan juga dapat meruntuhkan suatu kekuasaan. Hal ini menjadi kekuatan tersendiri dari golongan muda terpelajar. Namun yang patut diwaspadai dan dikhawatirkan saat ini adalah ketika kekuatan yang begitu besar ini dimanfaatkan oleh golongan-golongan elit yang mengedepankan kepentingan pribadi atau golongannya. Mahasiswapun dapat digoda dengan iming-iming keduniawian dan melupakan kepentingan umum serta rasa humanitas. Maka sudah mutlak mahasiswa harus berdiri sebagai golongan independen sendiri yang terbebas dari golongan elit yang memiliki kepentingan-kepentingannya masing-masing.

9.      Tidak Eksklusif
Sebagai golongan yang dengan nikmatnya memiliki kesempatan dalam mengenyam pendidikan, mahasiswa seakan di’Dewa’ kan karena memiliki embel-embel Maha- di depan namanya. Bahkan seakan mahasiswa menjadi golongan baru yang berada di atas masyarakat pada umumnya karena memiliki daya pikir yang pada umumnya lebih dari pada masyarakat. Dengan begitu muncul sifat eksklusif pada mahasiswa yang kelak justru memisahkan dirinya dari masyarakat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan julukan ‘Penyambung Lidah Rakyat’ serta pembawa suara rakyat yang disandingkan pada mahasiswa. Rakyat yang secara tidak langsung menjadi konstituen mahasiswa seakan dikesampingkan hanya karena rasa eksklusif tersebut. Maka pengeksklusifan mahasiswa dari masyarakat seharusnya dihilangkan atau jika memang terjadi tidak menjadi hal yang malah menjauhkan mahasiswa dari masyarakat sebagai konstituennya.

10.  Pengawalan Terhadap Kebijakan
Dengan menggunakan sistem trias politica kebijakan-kebijakan yang keluar akan melalui serangkaian proses sehingga melahirkan sebuah peraturan yang mengatur hajat hidup orang banyak. Dalam sistem kepartaian pula maka kebijakan-kebijakan tersebut akan melewati sekumpulan orang-orang yang tergabung dalam partai-partai yang memiliki ideologi, visi, serta misinya masing-masing. Tanpa berburuk sangka terhadap orang yang tergabung dalam partai, pengawalan terhadap kebijakan harus selalu dilakukan agar tidak terjadi pembelokan kepentingan yang hanya menguntungkan sebagian kecil dari masyarakat umum. Mahasiswa di sini memiliki peran penting dalam pengawalannya, dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang berguna sebagai penimbang dan penyaring segala keputusan yang turun untuk mengatur masyarakat sebagai objeknya.

11.  Kreatif
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa gaya pergerakan corak lama sudah mulai tidak dilirik oleh orang banyak. Penarikan simpul-simpul masa harus mengalami perubahan gaya baru untuk menarik minat masyarakat dalam pergerakan yang sebenarnya kembali kepada masyarakat itu sendiri. Pemanfaatan trend yang sedang banyak dibicarakan, pendekatan secara budaya, penggunaan sarana yang menarik dapat menjadi jalan baru oleh mahasiswa dalam melakukan pergerakannya. Selama pesan serta makna yang diharapkan tersampaikan dengan baik dan jelas, mahasiswa tidak harus selalu melakukan sama persis seperti yang dilakukan pendahulunya ketika romantika pergerakan pemuda sedang digandrungi dan menjadi pembicaraan hingga kini. Bukan tidak mungkin cara baru dalam pergerakan kini akan abadi dan menjadi sejarah tersendiri di kemudian hari.

Kembali kepada hakekatnya sebagai ujung tombak rakyat dalam membela kepentingan umum menjadi tugas mahasiswa masa kini. Gelar “Penyambung Lidah Rakyat” haruslah terjalankan sebagaimana nama yang disandangkannya. Kehidupan pergerakan mahasiswa untuk membela kepentingan umum harus selalu didengungkan dan dijaga keberlangsungannya. Sifat Eksklusif yang bisa saja melekat pada diri mahasiswa harus segera dihilangkan agar aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa menjadi representatif murni sebagaimana apa yang diharapkan oleh masyarakat. Cara-cara baru yang memikat dan membuat masyarakat tertarik terhadap pergerakan mahasiswa itu sendiri harus tetap diperbaharui agar tidak terjadi kejemuan dalam pergerakan itu sendiri, juga masyarakat yang semakin tinggi derajatnya menjadi lebih tertarik dan mendukung segala aktivitas mahasiswa.

Regenerasi Pergerakan
Tahun silih berganti, generasi mengikuti tiada henti. Peranjakan umur yang tak bisa dibendung menyebabkan dibutuhkannya suatu jalur khusus yang disediakan untuk golongan muda terpelajar ini. Agar nafas pergerakan yang selalu lekat dengan dunia pemuda selalu berlanjut pada setiap generasi yang selalu bergantian mengisi pos pergerakan. Penguatan idealisme, kedekatan terhadap masyarakat, semangat pergerakan, pasukan yang militan, dan organisasi yang kuat menjadi modal dalam sebuah pergerakan kemasyarakatan. Mahasiswa yang dibatasi oleh 4-5 tahun dalam perjalanan pendidikannya harus selalu terisi dengan manusia-manusia yang berpikir, dan bercita-cita yang tinggi dalam mendekatkan diri kepada masyarakat. Regenerasipun harus dilakukan untuk menjaga pergerakan tetap berjalan dan selalu dalam trek yang benar.
Mengutip dari kata-kata Soekarno tentang apa saja yang dibutuhkan dalam revolusi, yaitu idealisme yang kuat, rakyat yang revolusioner, dan pemimpin besar revolusi. Ketiga syarat tersebut harus dipenuhi agar perjalanan revolusi dapat selesai dengan baik. Begitupun mahasiswa, harus memiliki keyakinan yang dipegang dengan teguh, orang-orang yang militan, dan juga pemimpin yang memiliki pemikiran yang visioner untuk kebaikan. Maka dari itu, regenerasi pergerakan yang sangat menentukan keberlangsungannya dalam mengisi pos-pos yang senantiasa ditinggalkan oleh pendahulunya karena tuntutan tahun yang selalu bergulir.


Calon Pejabat Bangsa
Mahasiswa yang senantiasa bergerak dalam hal ikut membantu pemerintah menyejahterakan rakyat Indonesia selalu menjadi pengisi tempat-tempat strategis ketika ia sudah dianggap matang untuk menjalankan roda kepemerintahan. Secara tidak langsung ini menjadi sarana regenerasi pemimpin-pemimpin bangsa yang perlahan-lahan terbentuk dari masa belajarnya di laboratorium kehidupan. Sedikit demi sedikit mental dan pola pikir mahasiswa yang konsisten terhadap pergerakan akan terbentuk, yang diharapkan pada kemudian hari dapat menggantikan pejabat-pejabat bangsa untuk menjalankan mesin kenegaraan. Penanaman dasar-dasar dan pemumupukan nilai-nilai positif semenjak masih duduk di bangku perguruan tinggi menjadi modal penting untuk di hari depan dapat membantu bergerak dalam dunia pemerintah. Maka dari itu, mahasiswa menjadi salah satu golongan yang diharapkan oleh bangsa agar kelak nantinya dapat menjalankan roda kenegaraan dengan baik dan benar sesuai cita-cita Indonesia dalam bernegara.
Penutup
Pemuda khususnya mahasiswa sebagai golongan yang dianggap terpelajar oleh masyarakat luas memiliki tanggung jawab tersendiri terhadap bangsanya. Kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa bukanlah hal yang hanya untuk dinikmati oleh diri pribadi, tetapi justru harus kembali kepada bangsanya yang ikut membantuk mahasiswa dalam perjalanan belajarnya. Berbagai sejarah dari berbagai generasi telah menceritakan romantika pergerakan mahasiswa di Indonesia sendiri, bahkan di luar Indonesia pada umumnya. Hal-hal yang menyebabkan mahasiswa harus menjadi salah satu penggerak roda kepemerintahan menjadi beban tersendiri kepada mahasiswa dalam perjalanannya menuntut ilmu di laboratorium kehidupan. Pergerakan yang mengikuti perkembangan zaman juga tidak boleh dilupakan.

Sumber :
1.      Toer, Prameodya A. 1980. Bumi Manusia
2.      Malaka, Tan. 1926. Aksi Massa
3.      Wikipedia.com/Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia

You Might Also Like

0 komentar